Kawula Muda, lo sering dapet hoaks tentang vaksin Covid-19 enggak, sih?
Kawula Muda, setiap negara hingga saat ini masih berjuang untuk terus menggenjot program vaksinasi Covid-19 massal, tak terkecuali Amerika Serikat.
Sayangnya, tak sedikit masyarakat di sana yang menemukan video-video di YouTube menyuarakan pergerakan anti-vaksin. Pun media sosial lainnya merasa resah dengan perusahaan raksasa teknologi itu yang belum mengambil langkah bijak dalam memerangi hoaks dan informasi-informasi sesat lainnya mengenai Covid-19.
YouTube pun ditegur oleh Facebook dan Twitter, hingga akhirnya memutuskan untuk menutup sejumlah akun YouTube yang diketahui menjadi pelopor muculnya pandangan buruk dari masyarakat terkait vaksinasi.
Melansir CNNIndonesia, sejumlah kanal orang-orang anti-vaksin terkenal telah dihapus. Mereka adalah Joseph Mercola dan Rebert F. Kennedy Jr.. Pun YouTube juga menghapus sebuah channel bahasa Jerman bernama RT, yang didukung oleh Rusia, karena telah melanggar aturan kesalahan informasi Covid-19 di YouTube.
"Maju kena, mundur kena", kebijakan ini malahan tidak disambut baik oleh pemerintah Rusia. Pasalnya, Rusia menganggap bahwa hal tersebut adalah agresi informasi. Bahkan, Rusia mengancam akan memblokir YouTube, seperti yang dilansir Reuters.
Adanya pembagian informasi yang salah mengenai Covid-19 juga terbukti menghambat jalannya program vaksinasi Covid-19 di Amerika Serikat.
Tercatat, sebanyak 56 persen penduduk AS telah mendapatkan dua dosis vaksin. Angka ini tentunya lebih sedikit dibandingkan dengan Kanada yang sebanyak 71 persen penduduknya telah divaksin. Sementara itu, masyarakat Inggris diketahui telah memvaksinasi penduduknya sebanyak 67 persen.
Melansir France24, Presiden Joe Biden pada Juli lalu pun bersikeras ingin memberantas hal-hal tersebut. Ia menyebut bahwa media sosial dapat "membunuh" orang.
Kawula Muda, menurut lo tindakan yang paling tepat pertama kali untuk mengatasi hoaks apa, sih?