Kawula Muda, popularitas NFT mulai naik begitu cepat pada tahun lalu.
Menurut data pelacak pasar DappRadar, Senin (10/01/2022), penjualan NFT pada 2021 tembus 24,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp 357 triliun saat aset kripto mulai mengalami popularitas yang tinggi.
Jumlah itu jauh lebih besar puluhan kali lipat dari penjualan NFT pada 2020 yang hanya 94 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,3 triliun.
CryptoSlam yang juga melacak beberapa blockchain mengatakan total penjualan pada 2021 adalah 18,3 miliar dolar AS. NonFungible.com yang melacak blockchain ethereum saja menempatkan penjualan 2021 sebesar 15,7 miliar dolar AS.
Jumlah penjualan NFT pada 2021 itu setara dengan jumlah uang yang dijanjikan COP26 untuk membantu negara-negara menghentikan penggunaan batu bara. Jumlah itu setara dengan dana yang disediakan oleh Bank Dunia untuk membeli dan menyebarkan vaksin Covid-19.
DappRadar mengumpulkan data di sepuluh blockchain yang berbeda dan digunakan untuk merekam siapa yang memiliki NFT.
Perkiraan volume bervariasi menurut penyedia data yang berbeda, tergantung pada apa yang disertakan.
Transaksi yang berlangsung ‘off-chain’, seperti penjualan seni NFT besar di rumah lelang, sering kali tidak terekam oleh data.
Non-Fungitable Token (NFT) atau token yang tidak dapat dipertukarkan merupakan salah satu aset kripto yang mewakili barang digital seperti gambar, video, atau bahkan tanah di dunia virtual.
NFT mulai naik begitu cepat popularitasnya pada tahun lalu. Spekulan terkadang ‘membaliknya’ untuk mendapatkan keuntungan dalam beberapa hari.
Dalam dunia seni, barang kesenian dapt dijual dengan mudah di rumah lelang NFT. Sebuah kartun sederhana bahkan dapat dihargai jutaan dolar, tanpa benda fisik berpindah tangan.
Misalnya saja pada Maret 2021, satu karya seni NFT memecahkan rekor dengan terjual sebesar 69,3 juta dolar AS pada penjualan Christie.
Peluang itu kemudian dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan dan merek top dunia. Coca Cola dan Gucci, juga telah menjual NFT.
Menurut data dari OpenSea, salah satu data pasar NFT terbesar, penjualan NFT memuncak pada Agustus lalu, kemudian menurun pada September, Oktober dan November sebelum meningkat lagi di Desember 2021.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penjualan NFT tidak berkorelasi dengan fluktuasi harga mata uang kripto, yang sering digunakan untuk membeli NFT, karena bitcoin dan eter naik pada periode September hingga November.
Menurut DappRadar, sekitar 28,6 juta dompet memperdagangkan NFT pada 2020 dan naik dari sekitar 545.000 pada 2021.
Beberapa orang melihat NFT sebagai aset penting di masa depan sebagai pengganti kepemilikan tanah, karena itu mereka rela mengeluarkan uang besar untuk membeli aset NFT. Mereka percaya NFT akan berharga di saat “WEB3” atau Metaverse mulai mendunia.
Namun, sebagian besar orang merasa aneh atau bingung kenapa orang-orang begitu tertarik dan menghabiskan jutaan dolar hanya untuk barang-barang yang "tidak bisa dipegang".
Hanya 10 persen pedagang yang menyumbang 85 persen dari semua transaksi NFT, kata penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature yang dikutip dari Reuters.
Sementara penjualan NFT paling mahal yang adalah sebesar 69,3 juta dolar AS dan kisaran harga umum adalah 100 dolar AS hingga 1.000 dolar AS.
Menurut data dari CryptoSlam, harga NFT yang paling dicari sangat fluktuatif. Harga jual rata-rata gambar CryptoPunk naik dari sekitar 100.000 dolar AS di Juli menjadi hampir 500.000 dolar AS di November. Sedangkan pada Desember turun menjadi sekitar 350.000 dolar AS.
Sementara itu, kategori NFT paling populer adalah NFT tertagih lalu diikuti oleh seni. Beberapa penjualan NFT yang paling menggiurkan adalah untuk tanah di lingkungan metaverse online.
Investor real estate virtual Republic Realm membeli tanah di dunia virtual The Sandbox seharga 4,3 juta dolar AS pada November lalu.