Kawula Muda, mudah-mudahan lo bukan salah satu korbannya, ya!
Kawula Muda, perusahaan antivirus dan layanan keamanan internet, Avast, menemukan 151 aplikasi yang dapat "merampok" uang pengguna. Aplikasi tersebut diketahui menyamar menjadi tools yang sah untuk kegunaan sehari-hari.
Melansir CNBC Indonesia, aplikasi tersebut berkedok layanan edit foto, filter kamera, game, hingga pemindai kode QR.
Aplikasi yang bisa ditemukan oleh pengguna Android di Google Play Store tersebut tidak terlihat layaknya aplikasi bodong. Foto fitur dan deskripsi aplikasi tersebut dibuat oleh sang developer semenarik mungkin.
Pun tak sedikit juga yang mendapatkan ulasan dengan rating tinggi.
"Namun setelah diperiksa, mereka memiliki pernyataan kebijakan privasi umum dan menampilkan profil pengembang dasar termasuk alamat email umum. Mereka juga cenderung memiliki review negatif dari pengguna yang mengidentifikasi aplikasi sebagai penipuan," ungkap Avast.
Avast meminta pengguna Android untuk berhati-hati, lantaran aplikasi tersebut juga sering ditemukan di iklan sejumlah media sosial seperti TikTok, Facebook, dan Instagram.
Sejumlah aplikasi tersebut "merampok" uang pengguna dengan modus pendaftaran layanan SMS yang mahal yakni mencapai US$40 atau setara dengan Rp571 ribu per bulan.
BGR mengatakan bahwa aplikasi tersebut akan mendapat data dari para korban seperti lokasi ponsel, nomor IMEI, nomor HP pengguna, hingga bahasa yang digunakan.
Nantinya, aplikasi tersebut akan menampilkan layar permintaan untuk memasukkan nomor ponsel atau alamat email dalam bahasa yang digunakan pengguna.
Selanjutnya, layanan SMS premium itu akan aktif dan aplikasi tersebut akan berhenti bekerja atau bahkan menampilkan lebih banyak pilihan. Namun, uang korban akan terus tersedot setiap minggunya.
Berikut daftar 32 aplikasi berbahaya yang telah dihapus Google Play Store:
Pastikan aplikasi tersebut tidak ada dalam smartphone kamu ya, Kawula Muda!