Kawula Muda, pendapatan Tesla disumbang dari bisnis di luar AS.
Pada tahun lalu, CEO Tesla Elon Musk sering kali mengungkit soal pembayaran pajaknya kepada pemerintah AS sebesar 11 miliar dolar Amerika. Pajak yang dibayarkan itu lantaran lebih besar dari pajak siapa pun yang ada di dunia.
Telah diketahui, perusahaan memang tercatat mengantongi laba bersih senilai 5,5 miliar dolar Amerika dengan pendapatan sebesar 7,6 miliar dolar Amerika. Namun baru-baru ini, ia mengingatkan bahwa perusahaan mobil listriknya, Tesla belum tentu akan membayar pajak kepada negara.
Alasan tersebut nyatanya dikatakan langsung oleh Musk, bahwa sejak tahun lalu Tesla telah kehilangan pendapatan sebesar 130 juta dolar AS, dan lebih dari 6 miliar dolar AS berasal dari operasi perusahaan di luar AS. Itu artinya, perusahaan Tesla pun harus membayar pajak mereka di luar negeri.
Sebelumnya, Musk sudah merinci tagihan pajak luar negerinya mencapai 839 juta dolar AS. Sementara, tagihan pajak untuk negara bagian di wilayah operasinya hanya 9 juta dolar Amerika dengan tagihan pajak negaranya senilai nol.
Menurut Analis Pajak, Penerbit Pajak Nirlaba, dan Pakar Praktik Pajak Perusahaan di AS, Martin Sullivan, memang menyebut pendapatan Tesla di AS hanya sedikit atau bahkan nihil yang terkena pajak. Namun hal inilah yang membuat operasi Tesla di markasnya malah menderita kerugian.
Berdasarkan laporan Departemen Keuangan AS, menyebut 61 persen dari keuntungan perusahaan multinasional AS terdapat di antara tujuh negara, yakni Bermuda, Cayman, Irlandia, Luksemburg, Belanda, Singapura dan Swiss yang telah dikenal sebagai surga pajak.
Melalui celah yang ditargetkan Pemerintahan Presiden AS Joe Biden itu sendiri untuk mengingatkan perusahaan multinasional AS kerap memanfaatkan hal tersebut.
Sementara itu, Senator Elizabeth Warren mengatakan bahwa Tesla dan perusahaan raksasa lainnya telah lama menggunakan penipuan dan celah untuk membantu mereka keluar dari kewajiban pajak tersebut.