Setelah Ronaldo pindah ke Arab Saudi, kini beberapa bintang Eropa juga telah resmi hijrah ke Liga Arab
Siapa sangka negara dengan luas wilayah yang sebagian besarnya berisi gurun kini menjadi target destinasi untuk sepak bola? Arab Saudi belakangan menjadi perbincangan, lantaran banyak pemain sepak bola top Eropa kini dirumorkan akan melanjutkan kariernya di negara penghasil minyak tersebut dalam Liga Arab Saudi.
Nama-nama besar macam Cristino Ronaldo, Karim Benzema, N'Golo Kanté, Ruben Neves, Marcelo Brozovic telah resmi dipastikan akan bermain di Saudi Pro League (SPL). Kedatangan pemain-pemain yang terbiasa bermain di Liga top Eropa ini tentu menambah nilai komoditi SPL.
Tidak bisa dipungkiri, perubahan tersebut bermula saat mega bintang Cristiano Ronaldo memutuskan untuk bergabung dengan Al Nassr pada bulan Januari lalu. Akibatnya, Saudi Pro League (SPL) langsung menjadi sorotan publik pecinta sepak bola.
Sekilas, kepindahan pemain yang kini berusia 38 tersebut tampak seperti “mencari pesangon” sebelum pensiun. Bagaimana tidak, gaji Ronaldo di klub yang berjuluk Knights of Najd ini mencapai 213 juta Dolar AS per tahun dan menjadi pesepak bola gaji tertinggi.
Wajar saja Ronaldo mendapatkan gaji yang tinggi, kendati telah menua, pemain asal Portugal ini masih belum bisa lepas dari perhatian dunia. Mantan pemain Real Madrid ini bahkan masih menjadi atlet dengan followers Instagram terbanyak di dunia, dengan total pengikut 584 juta (7/7/2023).
Pencapaian Ronaldo jadi keuntungan pasti didapatkan yang didapatkan Al Nassr. Dikutip dari ESPN, sebelum Ronaldo bergabung, pengikut Al Nassr di Instagram di bawah 860.000 yang akhirnya melonjak menjadi 5 juta lebih pengikut.
Keuntungan tersebut bahkan belum menghitung pendapatan dari hak siar, penjualan jersey hingga penjualan tiket pertandingan.
Berawal dari mega Bintang Cristiano Ronaldo, kemudian diikuti pemain top Eropa lainnya, lantas membuat SPL menjadi perhatian publik. Rumor eksodus pemain top Eropa ke Liga Saudi Arabia ini kemudian menimbulkan pertanyaan, apa yang sebenarnya mereka cari?
Setelah meninggalkan Real Madrid dan memilih hijrah ke Al-Ittihad, Karim Benzema mendapatkan gaji yang cukup fantastis, tidak jauh berbeda dengan Ronaldo. Benzema menerima gaji Rp 3,2 triliun per tahunnya. Sementara Ronaldo sendiri menerima gaji Rp 3,3 triliun per tahun.
Mantan pemain Lyon ini datang ke Arab dengan usia tidak muda lagi, kini pemain asal Prancis ini berusia 35 tahun.
Selain Benzema dan Ronaldo, Kante juga mendapatkan gaji yang cukup tinggi dari Al Ittihad. Mantan pemain Chelsea tersebut menerima gaji Rp 1,9 triliun per tahun. Juga Hakim Ziyech yang mendapatkan Rp 1,8 triliun per tahun dari Al Nassr.
Hal tersebut juga dialami oleh pemain lain yang juga telah resmi akan bermain di SPL musim depan, seperti Ruben Neves (Al Ahli), Roberto Firmino (Al Ahli), Ruben Neves (Al Hilal), dan Jota (Al Ittihad).
Dengan angka yang cukup fantastis tersebut, wajar bila banyak yang menganggap SPL hanya dijadikan destinasi untuk mencari pesangon sebelum pensiun.
Bagi sebagian pemain yang hijrah ke Liga Arab boleh jadi sudah berada di usia ujung karier, seperti Benzema (35), Kante (32), Firmino (31), Brozovic (30). Oleh karenanya banyak yang menganggap pemain-pemain ini hanya mencari uang sebelum pensiun.
Tetapi tidak sedikit pemain-pemain top Eropa yang terbilang masih muda dan masih mampu bersaing di liga papan atas. Jota misalnya yang berada di usia emas 24 tahun. Performanya di Celtic juga tidak bisa dibilang buruk. Sepanjang bermain di Celtic, Jota mencatat 28 gol dan 26 asis selama 83 pertandingan.
Selain Jota, rekan satu negaranya, Ruben Neves (26) bahkan jadi pemain kunci Wolverhampton. Selama membela Wolves, pemain timnas Portugal tersebut sudah menyumbang 29 gol dan 12 assist dari 253 laga. Neves bahkan kerap kali dikaitkan dengan Manchester United.
Jota dan Neves mengingatkan suporter bola dengan apa yang dilakukan Oscar pada tahun 2017 silam. Oscar pindah ke Shanghai SIPG dari Chelsea pada saat umur 26 tahun, sebuah keputusan yang cukup menimbulkan banyak pertanyaan mengingat pemain asal Brazil tersebut pindah ke Liga China di usia keemasannya.
Pengusaha asal Arab sudah jadi momok bagi klub-klub sepak bola selama satu dekade terakhir. Kesuksesan pemilik-pemilik Arab ini bisa dilihat dari portofolio yang diraih Manchester City dan PSG.
Syekh Mansour jadi contoh yang sukses sebagai pengusaha asal Arab yang mengelola klub sepak bola. Secara bisnis, Syekh Mansour sukses membeli Manchester City, pengeluaran yang dikeluarkan untuk klub dirasa selaras dengan prestasi yang diraih. Kini City jadi salah satu klub yang ditakuti di Eropa.
Kesuksesan Syekh Mansour bersama Manchester Biru bisa juga dialami oleh klub-klub sepak bola di Liga Arab. Dengan modal yang sama besarnya, kini klub-klub SPL berbondong-bondong membeli pemain bintang.
Contoh terbaru juga bisa dilihat dari Newcastle yang berhasil diakuisisi oleh Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, lewat Public Investment Fund (PIF) pada 2021 lalu. Kini klub tersebut berhasil mengunci satu slot di Liga Champions untuk musim depan.
Tak tanggung, Mohammed bin Salman juga mengakuisisi 4 klub di Liga Arab Saudi melalui sebuah konsorsium yang dikontrolnya, yakni Public Investment Fund (PIF) atau Dana Investasi Publik.
Empat tim tersebut adalah Al Ittihad, Al Hilal, Al Nassr dan Al Ahly. Klub-klub yang musim depan akan diisi pemain-pemain top Eropa.
Tidak hanya itu, PIF juga menjadi pemilik saham terbesar Newcastle United.
“Sebagai bagian dari pengumuman Investasi Klub Olahraga dan Proyek Privatisasi hari ini, empat klub Saudi; Al-Ittihad, Al-Ahli, Al-Nassr dan Al-Hilal, telah bertransformasi menjadi perusahaan milik PIF dan yayasan nirlaba klub masing-masing," demikian keterangan resmi PIF, Selasa (6/6/2023), dilansir dari Agen Pers Saudi.
Menariknya, kepemilikan multi-klub dari tim yang berpartisipasi dalam kompetisi yang sama tidak diizinkan di liga utama di seluruh dunia, termasuk Liga Premier dan La Liga.
Sementara itu di Bundesliga, tim milik Red Bull RB Leipzig dan FC Salzburg berada di naungan yang sama. Tetapi mereka membuktikan perbedaan yang jelas dalam organisasi, sehingga memungkinkan kedua belah pihak bersaing di kompetisi klub Eropa.
Sedangkan di Arab Saudi tidak ada batasan seperti itu, yang memungkinkan PIF menjadi pemegang saham mayoritas di empat tim.
Tetapi, menurut sebuah sumber yang berbicara kepada Sky Sports, langkah untuk mengambil saham pengendali di empat klub Arab Saudi bukan merupakan penciptaan model kepemilikan multi-klub yang melibatkan Newcastle.
So, akan seperti apa Saudi Pro League ke depannya? Mari kita lihat.