Jangan lupa selalu taati protokol kesehatan ya, Kawula Muda!
Lonjakan kasus penularan virus corona di DKI Jakarta kembali terjadi. Banyak dari fasilitas kesehatan maupun rumah sakit, termasuk Wisma Atlet, yang mengalami penumpukan pasien Covid-19.
Data Satgas Covid-19 menunjukkan bahwa tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) di Pulau Jawa selama 10 hari ini melebihi standar WHO yaitu 60 persen.
Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) Lia Gardenia, sejumlah daerah sudah mulai laporkan terjadinya lonjakan kasus Covid-19 dengan kenaikan tingkat terisinya tempat tidur yang drastis. Untuk DKI Jakarta tercatat sebanyak 62,13 persen.
Menyikapi hal ini, Tompi yang merupakan dokter sekaligus musisi angkat bicara. Ia mengunggah sebuah video kerumunan pasien yang terjadi di IGD Wisma atlet. Dalam video itu, pasien tersebut menunggu ketersediaan kamar isolasi dari duduk di bangku hingga tidur-tiduran di lantai.
"Mendapat sebaran video IGD Wisma Atlet semalam, sangat mengkhawatirkan. Stay safe semua. PROKES PERKETAT! Video ini saya enggak tahu siapa yang rekam, tapi semoga bisa menjadi pengingat kita semua ya. Bukan untuk menakut-nakuti tapi TOLONG PAKE MASKER karena kalau sampai sakit, dapat ruangannya susah," tulis Tompi melalui akun twitter pribadinya.
Video tersebut dikonfirmasi juga oleh salah seorang dokter spesialis saluran pernapasan yang bertugas di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet (RSDCWA), dr Efri.
Dokter Efri membenarkan keadaan yang tergambar dalam video tersebut. Ia juga mengatakan lonjakan kasus menyebabkan RSDC Wisma Atlet sudah seperti pasar karena pasien terus berdatangan dari berbagai wilayah. Bukan bergantian, tetapi menumpuk.
Menurut dr Efri, tetap harus ada sinergi antara masyarakat dan pemerintah pusat, karena penanganan virus corona ini merupakan tanggung jawab bersama. tidak bisa hanya dengan menambahkan kasur di rumah sakit.
“Bukan hanya dokter yang harus siap-siap, semua yang terlibat dalam penanggulangan Covid juga kudu ready. Yang terpenting bukan perbanyak isolasi saja, kebijakan di hulu bagaimana mencegah sebaran virus dan menghambat mobilisasi orang di samping 5M dan 3T. Kalau enggak, ya begini-begini terus,” kata dr Efri.