Stay safe, Kawula Muda!
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa cacar monyet (monkeypox/Mpox) bukanlah COVID-19 yang baru, meskipun telah dinyatakan sebagai darurat kesehatan yang memerlukan perhatian internasional."
"Mpox bukanlah COVID baru, terlepas dari apakah itu cacar Clade I, yang menjadi penyebab wabah yang sedang berlangsung di Afrika Timur dan Tengah, atau cacar Clade II, yang memicu wabah tahun 2022 yang awalnya berdampak di Eropa dan terus menyebar di sana," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa Hans Kluge, dikutip dari Reuters pada Kamis (22/8/2024).
"Berdasarkan apa yang kami ketahui, Mpox terutama menular melalui kontak kulit ke kulit dengan lesi, termasuk saat berhubungan seks." lanjutnya.
Menurut WHO, tujuan dari Pernyataan Darurat Kesehatan Global adalah untuk memastikan bahwa semua negara tetap waspada dan bersiap menghadapi kemungkinan masuknya kasus cacar monyet ke wilayah mereka.
"Kami tahu cara mengendalikan Mpox, termasuk di kawasan Eropa, mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk memberantas penularannya," ujar Kluge.
WHO menyatakan di situs web resminya bahwa pada tahun 2024, 95 persen dari kasus Mpox yang dikonfirmasi di Afrika dilaporkan di Republik Demokratik Kongo, yang mengalami peningkatan kasus.
Terdapat lebih dari 15.000 kasus yang cocok secara klinis dan lebih dari 500 kematian telah dilaporkan, jumlah ini telah melampaui kasus yang tercatat di Republik Demokratik Kongo pada tahun 2023.
Tahun ini, kasus Mpox yang berkaitan dengan satu varian telah dilaporkan di Republik Afrika Tengah dan Republik Kongo, sedangkan kasus yang berkaitan dengan varian yang berbeda telah muncul di Kamerun, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, dan Afrika Selatan.
Pada tanggal 15 Agustus yang lalu, Swedia tercatat sebagai negara pertama di luar benua Afrika yang melaporkan kasus varian Mpox Clade 1b pada seseorang dengan riwayat perjalanan ke Afrika Tengah.
Kluge menyatakan bahwa saat ini wilayah Eropa mencatat kira-kira 100 kasus baru Mpox setiap bulannya.
"Meski siapa pun dapat tertular Mpox, tidak semua orang memiliki risiko yang sama," katanya.
"Orang-orang yang berinteraksi erat dengan seseorang yang menularkan penyakit, termasuk melalui hubungan seksual, memiliki risiko lebih besar untuk terinfeksi, terutama pasangan seksual. Namun, anggota rumah tangga dan petugas kesehatan juga berpotensi tertular," ujar Kluge.