Kawula Muda, tetap berhati-hati, ya!
Di tengah ramainya pemberitaan mengenai berbagai modus penipuan, seperti pesan palsu yang dikirim berupa pelacakan paket, undangan, surat tilang, bahkan tagihan pajak, kesadaran masyarakat sudah mulai berkembang nih, Kawula Muda.
Masyarakat diketahui sudah mulai pintar untuk memilah pesan dari nomor tidak dikenal dan semakin awas dalam menghadapi berbagai modus penipuan.
Meski begitu, Kawula Muda harus tetap waspada, nih. Sebab, belakangan ini muncul modus penipuan yang dilakukan oleh operator mesin atau robot yang menelepon melalui telepon rumah. Melalui modus ini, para penipu akan meyakinkan masyarakat seolah-seolah mereka mewakili perusahaan tertentu, misalnya dengan menagih tagihan.
Dalam kasus ini, Presiden Direktur ITSEC Asia Andri Hutama Putra mengatakan bahwa modus penipuan ini umumnya disebut sebagai Voice Phishing atau Vishing, Kawula Muda.
Sebagai informasi, ITSEC Asia adalah salah satu perusahaan cyber security terbesar di Asia Pasifik yang memberikan layanan keamanan siber di 17 negara, Kawula Muda.
Modus ini memiliki skenario dan operandi yang beragam dan berupaya untuk membujuk korban memberikan data pribadi atau informasi sensitif lainnya. Nantinya, data pribadi tersebut akan digunakan untuk aksi penipuan selanjutnya.
“Modus vishing yang sedang ramai ini biasa dilakukan oleh pelaku penipuan melalui telepon rumah. Bahkan, pelaku kerap memanfaatkan sistem suara robot untuk menelepon korbannya. Pelaku umumnya berpura-pura berasal dari institusi resmi, seperti bank atau organisasi pemerintah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa pelaku dapat mengatasnamakan pihak lain,” tutur Andri.
Dittipidsiber Bareskim Polri, IPTU Jhehan Septiano juga memberikan imbauan agar masyarakat lebih berhati-hati dan waspada saat menerima panggilan telepon.
“Meningkatnya kasus kejahatan siber menjadi masalah serius yang harus dihadapi bersama. Sepanjang tahun 2022, Dittipidsiber Bareskrim Polri mencatat terdapat setidaknya 1.617 kasus penipuan melalui media elektronik. Oleh karena itu kami mengajak masyarakat untuk tidak sembarangan memberikan data-data pribadi seperti nomor KTP, alamat rumah, atau nomor kartu kredit kepada orang melalui telepon,” ucap IPTU Jhehan.
Lebih lanjut, IPTU Jhehan juga mengimbau masyarakat agar melaporkan aktivitas mencurigakan terkait kejahatan siber kepada pihak berwenang.
Dalam skenario yang marak terjadi, pelaku penipuan akan melakukan panggilan dengan menggunakan sistem robot, menyebutkan nama perusahaan, dan menjelaskan maksud panggilan.
Kemudian, korban akan diarahkan untuk menekan nomor 0-9 yang nantinya akan disambungkan ke operator.
Dalam tahap ini, operator akan melaksanakan aksi mereka untuk membuat skenario fiktif seperti tunggakan tagihan yang menciptakan rasa khawatir dan urgensi korban. Hal tersebut akan menyebabkan korban memberikan data sensitif karena rasa panik yang berhasil dibuat oleh para pelaku.
1. Mengidentifikasi penelepon, lalu perhatikan suara dan intonasi penelepon. Jika lo tidak bisa mengidentifikasi pribadi penelepon, lo harus curiga ya, Kawula Muda!
2. Pelaku biasanya akan membuat skenario dengan bertanya nomor pembayaran kartu kredit, pajak, bahkan nomor langganan internet. Jika pelaku vishing sudah mulai menanyakan data pribadi lo, segera tutup telepon. Sebab, perusahaan asli tidak akan menanyakan data pribadi seperti KTP, debit, kredit, atau data sensitif lainnya.
3. Jika penelepon mulai menggunakan intonasi tinggi, tekanan, menyudutkan, dan memberikan tuduhan, jangan panik dan segera tutup telepon.
4. Pastikan untuk selalu tenang dan tidak terbawa suasana skenario yang diberikan pelaku.
Sebagai catatan, Andri mengajak masyarakat untuk mewaspadai kejahatan penipuan melalui telepon, Kawula Muda.
Tetap waspada dan hati-hati ya, Kawula Muda!