Turut berduka cita untuk seluruh korban.
Kebakaran terjadi di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara pada Jumat, 3 Maret 2023 malam hari. Kebakaran tersebut merambat ke pemukiman warga hingga menyebabkan kerugian material hingga korban jiwa.
Kabar terkini, polisi masih mengusut penyebab terjadinya kebakaran tersebut. Perawatan para korban yang terluka juga masih dilakukan. Berikut informasi selengkapnya, Kawula Muda!
Dalam keterangannya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, menyebut Depo Pertamina Plumpang tengah menerima pasokan BBM jenis Pertamax dari Balongan saat hari kejadian tersebut.
Sayangnya, terjadi gangguan teknis pada proses pengisian tersebut yang mengakibatkan tekanan kuat dan hingga ledakan terjadi. Untuk mengusut hal ini, Jenderal Listyo telah membentuk tim gabungan untuk menyelidiki sumber api.
Lebih lanjut, Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan menyatakan pihaknya masih mendalami keterangan 24 orang saksi dalam tahap penyelidikan. Karena itulah, belum ada penetapan tersangka hingga saat ini, Kawula Muda!
"Jadi, belum sampai proses penyidikan, tapi penyelidikan. Jadi, 24 orang yang dimintai keterangan itu statusnya terperiksa, baru dimintai keterangan," kata Ramadhan di RS Polri, Jakarta Timur, Kamis (09/03/2023) mengutip TvOne.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali memperbarui data korban kebakaran Depo Pertamina. Hingga Kamis (09/03/2023). tercatat korban meninggal dunia 19 orang dan sebanyak 28 korban luka masih dirawat di 5 rumah sakit
Lebih lanjut, jumlah pengungsi hingga kini adalah sebanyak 184 orang. Mereka pun tersebar di 3 lokasi posko dengan rincian 79 jiwa di Kantor PMI Jakut, 25 jiwa di RPTRA RASELA, dan 80 jiwa di Posko Pengungsian RW 09 Kelurahan Rawa Badak Selatan.
Mengutip Tempo, warga Kampung Tanah Merah, Jakarta Utara turut menjadi korban kebakaran tersebut memiliki permintaan kepada Pertamina. Disampaikan oleh Ketua Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu (FKTMB), Mohamad Huda, berikut lima permintaan para korban, Kawula Muda!
1. Meminta pertanggungjawaban Pertamina terhadap para korban, baik secara material maupun nonmaterial.
2. PT. Pertamina (Persero) memberikan kompensasi terhadap korban yang meninggal.
3. Pertamina merehabilitasi dan merenovasi rumah warga yang hancur akibat kebakaran Depo Pertamina Plumpang.
4. Melakukan investigasi dan audit terhadap Pertamina atas insiden tersebut.
5. Depo Pertamina Plumpang direlokasi ke wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk
Hingga kini, para korban kebakaran Depo Pertamina masih dalam suasana berduka sekaligus diliputi trauma. Hal itu wajar, mengingat terdapat banyak rumah hingga harta benda yang terbakar habis.
Menanggapi hal tersebut, Komando Lintas Laut Militer atau Kolinlamil sempat menawarkan rekreasi kapal perang sebagai bagian dari ‘pengobatan’ trauma para korban.
Para korban akan diberi informasi terkait TNI AL, kondisi kapal perang, sekaligus menjaring generasi muda untuk menjadi prajurit TNI AL. Diberitakan, terdapat 90-150 korban yang sudah mendaftar program ‘rekreasi’ tersebut.
Walau didirikan di tanah milik pemerintah, rupanya para warga Tanah Merah di Plumpang telah memiliki surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Surat tersebut pun menjadi pegangan bagi para warga untuk membuat lahan permukiman di sekitar Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, Kawula Muda!
Karena itu, muncul pertanyaan mengenai keberlanjutan pemukiman tersebut. Apakah para warga akan dipaksa pindah? Atau Depo Pertamina lah yang akan berpindah lokasi?
Hal yang pasti adalah sebagian besar warga Tanah Merah menolak wacana relokasi dari kawasan tersebut usai musibah kebakaran sebelumnya. Alasan terkuat yang mereka miliki adalah telah memiliki IMB yang telah diterbitkan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada 2021.
Kemudian, Menteri BUMN, Erick Thohir sebenarnya telah mengumumkan solusi atas polemik ini. Ia menyatakan Pertamina akan memindahkan kawasan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang ke lahan milik PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo).
“Kita sudah koordinasi dengan Pelindo, itu lahannya akan siap dibangun 2-3,5 tahun. Artinya kita ada waktu kurang lebih 3 tahun setengah,” kata Erick seperti dikutip dari Kompas pada Jumat (10/03/2023). Depo tersebut pun disebut akan mulai dibangun mulai tahun depan.
Sampai depo baru tersebut selesai dibangun, maka Depo Pertamina Plumpang akan tetap beroperasi. Sebagai langkah lebih lanjut, pemerintah akan membangun buffer zone dalam jarak 50 meter dari pagar Depo Plumpang.
Hal itu pun disetujui oleh pengamat Ekonomi Energi dari UGM, dr. Fahmy Radhi seperti dikutip dari Pikiran Rakyat. Ia menyatakan kejadian kebakaran tersebut dipicu oleh keamanan Depo Pertamina yang tidak maksimal.
Lebih lanjut, Fahmy juga menyebut pemindahan Depo akan mempercepat urusan antara warga dan Pertamina. Hal itu dikarenakan pemindahan hanya dari ‘satu pintu’, yakni urusan antara Pertamina dan Kementerian BUMN saja.
Hal ini tentu berbeda jika muncul keputusan yang mewajibkan realokasi warga. Waktu dan tenaga yang perlu disalurkan tentu lebih besar karena harus melibatkan berbagai pihak seperti Pertamina, Pemda DKI Jakarta, dan warga.
Di sisi lain, terdapat pertentangan akan pendapat tersebut. Salah satunya muncul dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan. Ia mengatakan bahwa lahan di sekitar Depo BBM Plumpang sebenarnya tidak layak dijadikan permukiman dan memiliki banyak potensi bahaya.
"Jadi begini ya. Kita harus jernih melihat ini. Melihat Plumpang ya, karena daerah kosong itu bukan tanah kosong," kata Luhut pada Senin (06/03/2023) mengutip Detik.
"Jangan dibalik-balik. Plumpang itu sudah dibuat di sana ada daerah kosong atau buffer zone. Jangan (depo) ini yang disuruh pindah. Orang yang tidak berhak di situ yang harus pindah," sambungnya.
Tidak layaknya daerah Plumpang untuk ditinggali juga pernah disebut oleh Presiden Joko Widodo. Hal itu mengingat potensi bahaya yang besar dari pemukiman tersebut.
Atas dasar itulah, DPRD DKI Jakarta akhirnya mengusulkan agar para warga dapat pindah ke Wisma Atlet atau Rusun Nagrak di Cilincing, Jakarta Utara.