Makan apa ya enaknyaaa...
Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) yakin bahwa Indonesia dapat menghentikan impor beras, salah satu caranya ialah meminta masyarakat untuk tidak memakan nasi berlebihan, Kawula Muda.
Sekretaris Utama Bapanas, Sarwo Edhy, menyatakan bahwa data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sekitar 30% makanan terbuang setiap tahun. Menurutnya, makanan yang terbuang tersebut seharusnya dapat memberi makan kepada 60 hingga 125 juta orang.
"Kalau kita bisa hemat 20% kita bisa menghemat sekitar 6 juta ton, itu luar biasa bisa memberi makan kepada sekitar 60-80 juta jiwa," ujar Edhy di Jakarta, dikutip dari Liputan6 pada Rabu (31/7/2024).
"Oleh karena itu kita melakukan program Stop Boros Pangan," lanjutnya.
Edhy menyatakan bahwa jika Indonesia dapat mengurangi limbah makanan sebesar 20%, terutama pada konsumsi nasi, diperkirakan dapat menghemat hingga 6 juta ton beras setiap tahun. Sebagai contoh, dengan kebutuhan nasional beras yang mencapai 31 juta ton per tahun, rata-rata konsumsi masyarakat Indonesia adalah 2,6 juta ton per bulan.
Melalui gerakan menghentikan pemborosan pangan dengan cara mengurangi limbah makanan, menurut Edhy, Indonesia dapat terbebas dari ketergantungan impor beras. Selama dua tahun terakhir, Indonesia telah mengimpor jutaan ton beras untuk memenuhi kebutuhan dan cadangan pangan nasional.
Perlu diketahui bahwa pada tahun 2024, pemerintah telah mengalokasikan kuota impor pangan sebesar 3,6 juta ton. Sementara itu, Perum Bulog mencatat bahwa realisasi impor beras terkini telah mencapai 2,5 juta ton, yang mayoritas diimpor.
Penurunan produksi yang drastis dan kebutuhan tinggi untuk program bantuan pangan dianggap sebagai alasan pemerintah memutuskan untuk mengimpor beras. Menurut catatan Bisnis.com pada Senin (24/6/2024), Deputi III KSP, Edy Priyono, mengakui bahwa produksi beras domestik berada dalam kondisi kritis.
Dari Januari hingga April 2024, produksi beras nasional mencapai 10,27 juta ton, menurun hampir 2 juta ton dari produksi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 12,98 juta ton.
"Ini penurunan yang sangat besar, implikasinya surplus pada Januari-April jauh berkurang, dari sebelumnya 2,82 juta ton menjadi 0,67 juta ton [tahun ini]. Kemungkinan kita bulan depan akan mulai defisit," ujar Edy dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, Senin (24/6/2024) dikutip dari HarianJogja pada Rabu (31/7/2024).
Penurunan produksi beras tahun ini tidak terlepas dari penyusutan area panen padi. Dari Januari hingga April 2023, area panen padi tercatat sebesar 4,2 juta hektar, namun pada periode yang sama tahun ini, area tersebut hanya mencapai 3,5 juta hektar.
Prambors News sekarang bisa didengerin di Spotify, Kawula Muda. Lo bisa search Prambors News di Spotify buat bisa dengerin berita dengan konsep yang beda.