Hai Kawula Muda, mulai rusuh, dunia juluki pilpres AS kali ini rasa pilpres Indonesia! Duh…
Pada Rabu (4/11/2020) dini hari waktu setempat, Donald Trump mengumumkan kemenangan dirinya pada pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat, sementara jutaan surat suara yang sah belum selesai dihitung.
“Kami sudah bersiap-siap untuk memenangi pemilihan ini. Terus terang, kami sudah memenangi pemilihan ini,” kata Trump dalam pidato di Gedung Putih seperti dikutip dari BBC Indonesia.
Tak hanya itu, tanpa memberikan bukti apa pun, Trump juga mengklaim bahwa telah terjadi kecurangan pemilu.
“Ini penipuan besar-besaran di negara kita. Kita ingin hukum digunakan secara tepat. Jadi, kita akan pergi ke Mahkamah Agung AS. Kita ingin semua pemungutan suara dihentikan,” lanjut sang presiden petahana lagi.
Permintaan Trump diwujudkan tim kampanyenya yang menyatakan akan segera meminta perhitungan ulang di Wisconsin dengan dalih adanya “laporan kejanggalan di beberapa distrik”.
Sementara itu, di Michigan dan Pennsylvania, tim kampanye Trump telah melayangkan gugatan untuk menghentikan penghitungan suara.
Para pendukung Demokrat dan bahkan beberapa pendukung Joe Biden langsung merespons dan mengatakan bahwa pemilu belum berakhir sampai setiap surat suara dihitung.
“Kami berada di jalur untuk menang,” tegas Biden.
Manajer kampanye Biden, Jen O’Malley Dillen, menyebut pernyataan Trump keterlaluan, belum pernah terjadi, dan tidak benar.
“Itu keterlaluan karena jelas-jelas merupakan upaya untuk merampas hak-hak demokrasi warga Amerika,” kata sang manajer.
Ia juga menambahkan, ini pertama kalinya terjadi karena belum pernah ada dalam sejarah, seorang presiden Amerika Serikat berusaha melucuti suara rakyat Amerika dalam pemilihan nasional.
Sementara Alexandria Ocasio-Cortez dari Partai Demokrat yang memenangkan kembali kursinya di Kongres juga mengecam klaim Trump sebagai hal yang tidak sah, berbahaya, dan otoriter.
“Hitung suara. Hormati hasilnya,” ujarnya di Twitter.
Tak hanya dari partai lawan, beberapa pendukung partai Trump sendiri, Partai Republik, juga menyuarakan kekhawatiran mereka.
Salah satunya mantan Senator Republik dari Pennsylvania, Rick Santorum, yang merasa sangat terganggu dengan komentar Trump.
“Menggunakan kata penipuan, menurut saya itu salah,” ucap Santorum pada CNN.
Ben Shapiro, komentator berhaluan konservatif dan kritikus Trump dalam sebuah Tweet menyebutkan, komentar Trump sangat tidak bertanggung jawab.
Setelah keributan akibat pernyataan Trump, calon Wakil Presiden Mike Pence mencoba menghaluskan pernyataan tersebut dan menolak untuk mendeklarasikan kemenangan serta menegaskan bahwa semua suara yang diberikan secara sah akan dihitung.
Dikatakan oleh wartawan BBC di Amerika Utara, Anthony Zurcher, meski telah dicoba diperhalus oleh calon wakilnya, pernyataan Trump sudah terlajur disampaikan. Kerusakan pun sudah mulai terjadi.
“Terlepas Trump pada akhirnya menang atau kalah, ia telah mempermasalahkan pemilihan ini. Karena ia mempertanyakan mesin demokrasi Amerika itu sendiri,” kata Zurcher.
Pandemi Covid-19 yang masih terjadi, menyebabkan terjadi lonjakan jumlah pemilih untuk memberikan suara mereka lebih awal lewat pos. Hal itu menyebabkan dibutuhkan waktu lebih panjang untuk menghitung surat suara.
Di beberapa negara bagian, perhitungan surat suara mungkin perlu waktu berhari-hari.
Karenanya, Anthony Zurcher berkata, pemilu AS kini memasuki “skenario kiamat” yang ditakuti banyak warga Amerika, ketika presidennya dari Gedung Putih justru memperkeruh perhitungan suara.
Kerusuhan yang mulai terjadi adalah salah satu dampak dari skenario ini. Bahkan belakangan, dunia mulai melabeli “pilpres AS rasa pilpres Indonesia”.
Hal itu melihat kesamaan pola yang terjadi, yakni di antaranya adalah mengklaim menang sebelum semua suara terhitung, dan pendukung yang tak terima membuat kerusuhan serta kerusakan di mana-mana.
Duh...