Kawula Muda, semoga tidak ada gempa susulan lagi, ya :(
Dunia berduka, gempa berkekuatan magnitudo 7,8 mengguncang Turki dan Suriah pada Senin (06/02/2023) waktu setempat dan mengakibatkan kerusakan dahsyat. Gempa mematikan tersebut melanda wilayah di dekat Kota Gaziantep, Turki, pada dini hari ketika kebanyakan masyarakat tengah beristirahat.
Tidak sampai di situ, terdapat gempa susulan berkekuatan 7,5 yang terjadi sekitar pukul 13:30 waktu setempat, yang menurut Pejabat Otoritas Manajemen Bencana dan Kedaruratan Turki menyatakan gempa ini 'bukanlah gempa susulan' dan 'berbeda' dengan gempa pagi tadi, melansir BBC.
Badan penanggulangan bencana Turki mengatakan, lebih dari 2.300 orang meninggal di Turki setelah gempa pertama, dan lebih dari 14.000 orang terluka.
Anggota situasi darurat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) untuk Eropa, Catherine Smallwood, memprediksi jumlah kematian imbas gempa dahsyat Turki bisa mencapai lebih dari 20 ribu jiwa, Kawula Muda.
Bencana alam yang menimpa Turki dan wilayah sekitarnya dinilai akan menjadi salah satu bencana yang paling mematikan dalam dekade ini dengan korban jiwa diperkirakan mencapai puluhan ribu orang.
Hal tersebut diungkapkan seismolog mengacu pada dengan retakan lebih dari 100 km antara lempeng Anatolia dan Arab.
Lalu, mengapa efek gempa tersebut begitu dahsyat dan apa yang akan terjadi setelahnya?
Melansir Economic Times, gempa yang mengguncang Turki memiliki episentrum di 26 km sebelah timur kota Nurdagi dengan kedalaman 18 km. Gempa tersebut terjadi karena Patahan Anatolia Timur.
Gempa tersebut menyebar ke arah timur laut sehingga menyebabkan kerusakan parah di wilayah Turki tengah dan Suriah. Sebagaimana yang dikutip melalui CNBC dari Reuters, Selasa (7/2/2023), selama abad ke-20, Patahan Anatolia Timur menghasilkan sedikit aktivitas seismik besar, Kawula Muda.
"Jika kita hanya melihat gempa (besar) yang direkam oleh seismometer, itu akan terlihat kurang lebih kosong," kata Roger Musson, rekan peneliti kehormatan di British Geological Survey.
Namun, Patahan Anatolia Timur termasuk ke dalam jenis patahan dengan celah lurus (strike-slip fault). Dengan jenis patahan ini, lempeng bebatuan yang solid bergerak ke atas dan saling berlawanan di sepanjang garis vertikal patahannya. Hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang melepaskan jumlah tekanan yang luar biasa yang bisa menyebabkan gempa.
Padahal, retakan awalnya terjadi pada kedalaman yang rendah, Kawula Muda.
"Getaran di permukaan yang rendah akan lebih berdampak parah daripada gempa yang berada di kedalaman yang lebih dalam pada magnitudo yang sama," kata ahli dari Open University, David Rothery.
Sebelas menit setelah gempa awal, wilayah itu dilanda gempa susulan berkekuatan 6,7. Gempa berkekuatan 7,5 terjadi beberapa jam kemudian, diikuti oleh gempa 6,0 di sore hari.
Dalam artikel jurnal Geophysical International, pakar dari Yildiz Technical University dan Bogazici University mengungkapkan, patahan ini muncul sebagai konsekuensi dari tahap akhir tubrukan dataran Eurasia-Arabia.
Hal itu terjadi sekitar 16-20 juta tahun yang lalu dan memiliki ciri, yakni beberapa lengkungan di sekitarnya seperti Lengkungan Goynu, Gokdere, dan Lake Hazar.
Namun, para pakar menyebut bahwa kompleksitas Patahan Anatolia Timur sama dengan patahan celah lurus lainnya. "Meski kecil secara ukuran, Patahan Anatolia Timur menunjukkan kompleksitas perilaku geografis seperti yang lainnya semisal Patahan Alpine di Selandia Baru, Patahan San Andrea (Amerika Serikat), dan Patahan Anatolian Utara," tulis mereka.
Salah seorang warga lanjut usia mengatakan pada Reuters bahwa ia tidak pernah melihat bencana sedahsyat ini selama lebih dari 40 tahun terakhir.
Tidak hanya Patahan Anatolia Timur yang diprediksi akan menyebabkan puluhan gempa susulan sementara waktu oleh para ahli, jumlah korban juga akan diprediksi terus bertambah seiring cuaca musim dingin, Kawula Muda. Hal ini membuat korban yang terperangkap di bawah reruntuhan memiliki peluang lebih kecil untuk bertahan hidup.
Perkiraan cuaca menyebut, usaha penyelamatan beberapa hari ke depan mungkin terkendala cuaca buruk di sejumlah area terdampak.
Di Turki, area di sekitar lokasi gempa pertama diperkirakan akan hujan lebat, sementara suhu akan turun hingga 3-4 derajat Celsius di siang hari dan di bawah 0 derajat Celsius di malam hari. Salju setebal 3-5 cm diperkirakan akan turun, sementara di bagian utara Turki, hujan salju akan lebih lebat.
Setidaknya, 2.800 bangunan diperkirakan hancur karena gempa pertama pagi ini, yang berarti ribuan orang tidak akan punya tempat berlindung.
Bantuan terus datang dari berbagai penjuru dunia. Para petinggi negara juga sudah melakukan koordinasi mengingat hal yang paling dibutuhkan saat ini adalah pakaian hangat dan tempat untuk berlindung di kala cuaca dingin. Belum lagi, bangunan-bangunan yang hancur kebanyakan merupakan bangunan setinggi 10 lantai, atau lebih, Kawula Muda.
Melansir CNN, tiga warga negara Indonesia (WNI) mengalami luka-luka akibat gempa berkekuatan magnitudo 7,7 di selatan Turki pada Senin (6/2) pukul 04.17 waktu setempat. Menanggapi hal tersebut, pihak KBRI telah membuka penampungan bagi para WNI terdampak, menurut pernyataan resmi.
Hingga saat ini, korban meninggal di Suriah sudah mencapai lebih dari 1.000 orang, Kawula Muda.
Ditambah lagi, sejumlah area yang terdampak parah oleh gempa tidak berada di bawah kendali pemerintah, sehingga akses untuk perawatan medis dan perlengkapan gawat darurat terbatas.
Melansir BBC, White Helmets, organisasi kemanusiaan yang bekerja di daerah-daerah yang dikendalikan oleh pemberontak di Suriah, telah meminta pertolongan kepada dunia.
Terlihat banyak kerusakan parah lewat video dan foto yang bermunculan. Bahkan, beredar sebuah video di Aleppo yang terletak di barat laut, warga berlarian dan berteriak ketika sebuah bangunan runtuh menjadi debu raksasa.
Pray for Turki dan Suriah, Kawula Muda.