Hai Kawula Muda, bullying atau kritik, jangan sampai merasa diri paling benar.
Tayangan Mata Najwa yang menampilkan bangku kosong seolah tengah berbincang dengan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto masih terus menjadi bahan pembicaraan, baik di media massa atau pun di media sosial.
Viral dan hebohnya tayangan yang menyindir minimnya kemunculan Terawan di tengah pandemi Covid-19 itu pun terus menuai pro-kontra, bahkan ramai dijadikan meme.
Ada yang menyebut hal ini termasuk bullying karena dinilai menyudutkan Menkes Terawan, ada juga yang menyatakan bahwa itu hanyalah sebuah bentuk kritikan.
Ternyata, tak hanya para netizen, pendapat para psikolog pun juga beragam.
Mengutip dari Detik Health, Rabu (30/9/3030), psikolog sekaligus konselor Rahma Nuzulia Tristanarum berpendapat bahwa apa yang dilakukan Najwa dalam tayangan Mata Najwa sama sekali tidak termasuk tindakan bullying.
“Jika mengacu pada pengertian bullying, di antaranya adalah berupa sikap dan perilaku yang menyakiti seseorang secara berulang, baik secara fisik maupun psikis, maka yang Najwa lakukan bukan termasuk tindakan bullying, “ ujar Rahma.
Rahma juga mengatakan, “Bisa jadi acara tersebut adalah media untuk meneruskan aspirasi masyarakat.”
Rahma menjelaskan, sikap bullying bertujuan untuk menyakiti seseorang dan dilakukan secara berulang. Bullying sangat merugikan baik dilakukan secara fisik, verbal, maupun non verbal.
Ia juga menambahkan, bullying tidak selalu dilakukan oleh orang yang punya kuasa terhadap pihak yang lebih lemah. Seringkali justru dengan posisi yang relatif sama, namun satu pihak biasanya merasa terancam atau punya tujuan tertentu sehingga mem-bully pihak yang lain.
Sementara itu, di kesempatan lain, psikolog klinis Kasandra Putranto dari Kasandra & Associate menilai, tayangan bangku kosong tersebut bisa saja termasuk tindakan bullying. Hal itu karena adanya rasa tidak nyaman atau emosi-emosi negatif yang timbul dari sikap seseorang.
“Dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana reaksi dan respons dari Bapak Menteri Terawan selaku orang yang terkena perilaku ini, yang bisa disebut sebagai korban langsung,” jelas Kasandra.
Kasandra menilai tak hanya Menkes Terawan yang akan mengalami dampaknya. Orang-orang yang kemudian merasa emosi setelah menonton tayangan tesebut juga bisa menjadi korban tidak langsung.
Karenanya ia menegaskan, ketika masyarakat merasakan emosi negatif tentu saja dengan demikian sudah dapat disimpulkan sebagai perilaku bullying.
Jadi, menurut kalian tayangan bangku kosong Pak Menkes Terawan termasuk bullying atau bukan?