Kawula Muda, makanya berulang kali diingatkan, jangan lupa pakai masker.
Nun di Amerika Serikat, sebuah pernyataan kontroversial dilontarkan oleh direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Dr Robert Redfield.
Ia mengklaim bahwa masker menawarkan perlindungan yang lebih pasti terhadap virus corona daripada vaksin, setidaknya pada masa-masa sekarang ini.
"Saya dapat mengatakan masker wajah ini lebih menjamin melindungi saya dari Covid daripada saat saya mengambil vaksin kelak," kata Dr Redfield di depan subkomite Senat, Rabu pekan lalu.
Dia menunjukkan bahwa ada lebih banyak penelitian yang dengan jelas menunjukkan bahwa masker bekerja untuk memblokir penyebaran partikel infeksi, sementara vaksin masih dalam pengujian dan kemanjurannya belum sepenuhnya jelas, sampai sekelompok besar orang menjadi bukti keberhasilan.
Komentar Dr Redfield ini dianggap sebagai kontroversi karena sebelumnya ia dan beberapa pejabat lain ikut menyetujui rencana mendistribusikan dan membagikan gratis vaksin virus corona untuk semua warga Amerika pada Januari 2020.
Hal tersebut ditegaskan juga oleh Presiden AS Donal Trump yang terus berkeyakinan bahwa kehadiran vaksin hanya tinggal beberapa minggu lagi.
Trump juga mengisyaratkan ambisinya bahwa Food and Drug Administration (FDA) akan menyetujui satu vaksin, paling tidak menjelang pemilu yang akan digelar pada 3 November 2020.
Timeline tersebut segera mendapat kritik. Senator Jeff Merkley, perwakilan Demokrat dari Oregon, menuduh CDC bermotivasi politik ketika membuat pengembangan vaksin dan jadwal rilis yang disesuaikan sedemikian rupa untuk kampanye pemilihan kembali Presiden Trump.
Redfield, saat itu menjawab dengan tegas bahwa tidak ada intervensi Gedung Putih sama sekali dalam penentuan timeline tersebut. Semuanya murni dibuat dan dikembangkan oleh tim ahli.
Akhirnya, independensi tersebut dibuktikan dengan pernyataan terakhir Redfield. Ia mundur dari optimisme rencana awal dan memperkirakan bahwa vaksin belum akan tersedia sampai musim panas tahun depan.
Meski demikian pihaknya masih membuka lebar ekspektasi akan kemanjuran vaksin. Sambil tetap memperingatkan bahwa dalam skema besar, dunia benar-benar memiliki sedikit data tentang apa yang akan ditawarkan oleh vaksin perlindungan.
Seperti dikutip dari Dailymail.com, Redfield berkali-kali menegaskan, "Masker adalah alat kesehatan masyarakat paling kuat dan penting yang kita miliki.
"Kami memiliki bukti ilmiah yang jelas bahwa masker bekerja dan menjadi pertahanan terbaik saat ini. Sebaliknya, untuk vaksin, imunogenisitasnya mungkin 70 persen, dan jika saya tidak mendapat respons kekebalan, vaksin mungkin tidak melindungi saya," kata Dr Redfield.
FDA telah menetapkan standar untuk vaksin yang akan dianggap disetujui pada kemanjuran 50 persen. Tetapi, itu berarti hanya dapat mencegah infeksi pada setengah dari mereka yang mendapat suntikan.
Dalam uji coba awal, tiga kandidat vaksin terkemuka buatan AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer, semuanya menghasilkan beberapa produksi antibodi pada peserta uji coba.
Apa yang masih belum diketahui adalah seberapa signifikan respons imun yang dibutuhkan untuk menawarkan perlindungan, dan berapa lama perisai itu bisa bertahan.
Sementara itu, masker lebih sederhana dan efeknya lebih jelas.
Penelitian menunjukkan bahwa memakai masker wajah mengurangi risiko tertular Covid-19 sebanyak 65 persen. Masker juga dianggap mengurangi jumlah partikel yang berpotensi menular yang dapat dikeluarkan seseorang ke udara lebih dari sepertiganya.