Polres Malang Sujud Minta Maaf atas Tragedi Kanjuruhan

Mengingat juga tragedi kematian George Floyd di Amerika atas rasisme orang kulit hitam.

Jajaran Polresta Malang Kota, Jawa Timur sujud massal untuk meminta maaf atas tragedi Kanjuruhan (DETIK)
Tue, 11 Oct 2022


Tragedi Kanjuruhan merupakan kejadian yang membuat luka dalam bagi dunia sepak bola dan semua warga Indonesia hingga menjadi sorotan luar negeri. Sebanyak 131 korban tewas diakibatkan tembakan gas air mata, pintu keluar yang tidak terbuka, dan desakkan para penonton yang ingin melarikan diri.

Jajaran Polresta Malang Kota, Jawa Timur termasuk jajaran Pejabat Utaka (PJU), dan Kapolsekta pun melakukan sujud massal sebagai bentuk permohonan ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tragedi tersebut. Melansir dari Detik, Selasa (11/10/2022), sujud itu dilakukan saat apel rutin di Mapolresta Malang kemarin pagi, Senin, 10 Oktober 2022.

Bersama Kapolresta Malang Kota Kombes, Budi Hermanto dan semua jajarannya bersimpuh memohon ampun dan meminta maaf kepada seluruh anggota keluarga korban dan seluruh Aremania.

Jajaran Polresta Malang Kota, Jawa Timur sujud massal untuk meminta maaf atas tragedi Kanjuruhan (DETIK)

"Secara spontan memohon kepada sang pencipta dan permohonan maaf kepada korban dan keluarganya (korban Aremania di Tragedi Kanjuruhan Malang)," terang Budi Hermanto.

Suasana hening larut bersama keharuan selama beberapa saat. Budi mengatakan, sebelum tragedi Kanjuruhan, hubungan kepolisian lewat Arema Police dengan suporter klub sangat erat. Ia berharap, situasi keamanan dan ketertiban masyarakat bisa kembali kondusif.

"Kami juga berharap situasi kembali kondusif dan persoalan tragedi Kanjuruhan segera terselesaikan," katanya, dilansir dari Liputan6.

Pakar menyoroti aksi sujud para Polres

Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel angkat suara soal sujud berjamaah yang dilakukan jajaran Polres Kota Malang. Menurutnya, tindakan itu bisa memberi keyakinan kepada publik bahwa polisi sungguh-sungguh ingin memberikan penawar atas tragedi tersebut.

Dilansir dari CNN Indonesia, Reza mengatakan kalau permintaan maaf itu tidak akan ada arti jika pengusutan kasus tidak dilakukan secara tuntas dan akuntabilitas dalam prosesnya.

"Tapi, jika (masalah) tanpa akuntabilitas jelas tidak banyak bermanfaat. Seperti halnya frasa 'reformasi kepolisian'. Sudah membahana sejak puluhan tahun silam, dan digemakan lagi hari-hari belakangan ini, tapi bagaimana reformasi itu akan dilakukan? Entahlah," ujar Reza kepada CNN Indonesia.

Menurutnya, sikap permintaan maaf dan penyesalan itu sangat penting sebagai wujud penyesalan terhadap masyarakat yang kehilangan anggota keluarga dalam tragedi Kanjuruhan.

"Berbeda dengan urusan pidana dan etik barangkali akan selesai beberapa pekan atau beberapa bulan, luka batin masyarakat pasti akan menganga dalam waktu yang sangat lama," katanya, seperti pada laman Kompas.

Mengingat sujud para polisi Amerika saat tragedi George Floyd

Para kepolisian Amerika Serikat sujud atas kematian warga kulit hitam, George Floyd (USA TODAY)

Enggak cuma para aparat kepolisian Kota Malang saja, jauh sebelum itu, polisi Amerika Serikat juga pernah melakukan sujud atas kematian warga kulit hitam, George Floyd pada 2020.

Dilihat dari laman USA Today, para polisi sering melakukan sujud dalam mengenang peristiwa ini.

Bersama warga demonstran, melakukan sujud bersama di depan Markas Besar Departemen Kepolisian Austin, Amerika Serikat, 6 Juni 2020. Petugas kepolisian Austin berlutut selama 8 menit, 46 detik untuk mengenang mendiang George Floyd.

Kejadian serupa juga terjadi pada Mantan pemain sepakbola Amerika, Jaguar Jacksonville, yang sekarang menjadi anggota Kantor Sherrif Jacksonville, Ernest Wilford, untuk memimpin berlutut saat mengheningkan cipta di tangga Kantor Sheriff Jacksonville.

Hal serupa dilakukan oleh Kepala polisi Minneapolis Medaria Arradondo yang berlutut di luar upacara pemakaman keluarga George Floyd di North Central University.

Para kepolisian Amerika Serikat sujud atas kematian warga kulit hitam, George Floyd (USA TODAY)

Salah satu demonstran, Perry Hemphill dan petugas polisi Austin Ellis Schramm juga berlutut bersama selama protes berlangsung di depan Gedung Texas yang mengecam kematian George Floyd dan kebrutalan polisi terhadap orang kulit hitam di Amerika.

Berita Lainnya