Jangan ikut-ikutan narkoba ya, Kawula Muda :)
Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya akan menggelar tes urine secara rutin di kalangan mahasiswa. Adapun hal tersebut merupakan bentuk perwujudan kampus bersih dari narkoba.
Permasalahan narkoba sebenarnya merupakan sesuatu yang bersifat kompleks. Mati satu tumbuh seribu, angka pecandu narkoba seolah semakin tumbuh subur di Indonesia.
Padahal, narkoba memiliki banyak efek negatif. Pastinya, kesehatan menjadi dampak utama yang paling banyak mendapat efek negatif dari narkoba. Selain efek ketergantungan, terdapat ancaman keberlangsungan hidup apabila penyalahgunaan obat-obatan terlarang tersebut terus dilakukan.
Sayangnya, penggunaan narkoba justru kini semakin meluas. Tidak hanya orang dewasa saja, kini remaja hingga mahasiswa juga banyak mengonsumsi narkoba. Penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia (UI) menemukan sekitar 500 ribu penduduk dari berbagai usia telah menjadi pecandu.
Setiap harinya, tidak kurang dari 30 orang telah menjadi korban pengedaran narkoba. Karena itu, pengecekan secara dini dinilai sebagai salah satu cara terampuh dalam mencegah penggunaan narkoba.
“Pemeriksaan secara terbuka dan transparan itu sudah tepat. Karena penyalahgunaan narkoba adalah musuh besar bangsa Indonesia, khususnya generasi muda,” tutur Wakil Komisi III DPR RI, Pangeran Saleh pada Sabtu (15/10/2022) mengutip Antara.
Mengutip data Badan Narkotika Nasional (BNN), angka penyalahgunaan narkoba di Indonesia memang meningkat. Data tersebut mencatat kenaikan sebesar 1,8 persen pada 2019 dan tumbuh menjadi 1,95 persen pada 2021.
"Bahwa data pengguna narkoba dari 2019-2021 meningkat. Dari tahun 2019 berjumlah 1,8 persen. Sekarang berjumlah 1,95 persen," kata Direktur Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Mukti Juharsa kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Kamis (20/10/2022), mengutip Detik.
Data tersebut juga menyebut pengaruh terbesar penyalahgunaan narkoba adalah diajak teman (88,4%). Kemudian, risiko perempuan terpapar narkoba juga semakin meningkat, yakni hingga mencapai 1,21 persen pada 2021.
"Risiko terpapar perempuan meningkat. Di mana data BNN tahun 2019 jumlahnya 0,20 persen. Sementara di tahun 2021 naiknya 1,21 persen. Hal ini yang kita sangat khawatirkan bahwa kenaikan pengguna meningkat di wilayah Indonesia," tambahnya.
Terkait mahasiswa, jumlah pengguna juga sangat tinggi, yakni diperkirakan mencapai 250 ribu orang. Hal itu diungkap oleh ketua DPP Asosiasi Relawan Perguruan Tinggi Anti Penyalahgunaan Narkoba, Zainal Arifin.
“Saya melihat sampai sekarang belum ada penurunan prevalensi narkoba di Indonesia,” tuturnya pada Senin (03/10/2022) mengutip Jawapos.
Secara umum, di kalangan pelajar dan mahasiswa, juga tercatat kenaikan yang signifikan. Pada 2019 misalnya, tercatat jumlah pecandu di kalangan tersebut adalah 1,1 persen. Angka tersebut kemudian naik menjadi 1,8 persen pada 2019 (3,41 jiwa) dan 1,95 persen (3,66 juta jiwa) pada 2021.
Sebelumnya, pemberitaan terkait narkoba kembali marak usai Kapolda Jawa Timur, Inspektur Jenderal (Irjen) Teddy Minahasa ditangkap. Hal itu disebabkan ia diduga terlibat kasus narkoba.
Padahal, Teddy baru saja dilantik sebagai Kapolda Jatim usai Tragedi Kanjuruhan dan dimutasinya Irjen Nico Afinta, Teddy disebut menjual barang bukti narkoba hasil sitaan.
“Salah satu cara terampuh mencegah dan mengatasi jebakan bisnis hitam narkoba agar tidak menyasar aparat kepolisian adalah lakukan tes urine secara mendadak setiap saat,” tutur Wakil Komisi III DPR RI, Pangeran Saleh pada Sabtu (15/10/2022) mengutip Antara.
Lebih lanjut, ia juga menyerukan hukuman seberat-beratnya kepada aparat polisi yang terbukti positif narkoba dalam uji klinis tes narkotika.