Hai Kawula Muda, lebih baik mana ya, pakai masker atau tidak saat berolahraga?
Beberapa waktu belakangan, karena kondisi pandemi Covid-19, terjadi perdebatan terkait pemakaian masker saat berolahraga.
Psikolog dan profesor dari School of Health Sciences di Cental Michigan University, Lana V Ivanitskaya mengungkapkan, penggunaan masker saat berolahraga dapat menjadi masalah bagi kesehatan.
Hal itu karena kita menjadi lebih sulit untuk bernapas, terutama bagi yang sudah memiliki riwayat sakit pada paru-paru dan jantung.
Selain itu, keringat dapat membuat masker menjadi basah. Melansir dari laman Parents, penggunaan masker basah membuat tidak nyaman dan sekresi pada hidung. Masker basah juga tidak efektif dalam mencegah penularan dan penyebaran Covid-19.
Penggunaan masker saat berolahraga juga rentan akan keracunan karbon dioksida. Kondisi tersebut dapat menyebabkan mual, pusing, sakit kepala, dan detak jantung melemah. Pada kondisi lebih parah, dapat menyebabkan kejang, koma, hingga kematian.
Kita harus lebih peka terhadap kondisi tubuh sendiri. Saat mulai terasa tak nyaman, segera lepas masker, atur napas hingga semuanya kembali membaik.
Pentingnya kondisi lingkungan olahraga
Menurut pakar kedokteran dari Cleveland Clinic, Caitlin Lewis, kondisi lingkungan di mana kita melakukan olahraga, juga sangat menentukan apakah kita perlu memakai masker atau tidak.
Saat kita berolahraga di tempat yang berpotensi bertemu dengan banyak orang dan sulit melakukan physical distanting, memakai masker sangat disarankan. Namun, jika berlari hanya seorang diri, maka tidak perlu memakai masker.
Perlu diingat, memakai masker bukanlah pengganti physical distanting, melainkan hanya mengurangi potensi tetesan droplet yang kita keluarkan mengenai orang lain. Karena kita semua berpotensi membawa virus dan menularkannya ke orang lain.
WHO rekomendasikan tak perlu pakai masker saat olahraga
Tak berbeda dengan pendapat para ahli kesehatan, Badan Kesehatan Dunia (WHO), mengeluarkan rekomendasi tentang tak perlunya mengenakan masker saat berolahraga.
Alasannya pun serupa, karena membuat sulit bernapas dan asupan oksigen menjadi berkurang. Selain itu, keringat yang menyebabkan masker menjadi basah membuat mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat berkembang lebih cepat.
WHO mengingatkan untuk menjaga jarak fisik dengan orang lain. Setidaknya sejauh satu meter.
Pilih masker yang tidak terlalu tebal dan ketat. Pilih bahan masker yang mudah menyerap. Masker juga harus pas dengan ukuran dan struktur wajah kita. Jangan lupa, perhatikan kebersihan masker yang kita kenakan dan bawa masker cadangan saat kita berolahraga.
WHO juga menyarankan untuk lebih memilh olahraga yang dapat dilakukan di rumah dan tidak berpotensi bertemu dengan kerumunan orang. Ada banyak olahraga meyehatkan yang bisa dipilih, seperti senam, treadmill, joging, sepeda statis, atau yoga.