Pemerintah Seoul Menyediakan Dana Sebesar 5 Triliun Untuk Menangani Endemi Kesepian di Korea!

Gimana tanggapan lo tentang endemi kesepian ini??

Ilustrasi fenomena "Lonely Death" di Korea (Pexels)
Tue, 29 Oct 2024

Pemerintah Kota Seoul, Korea Selatan, mengalokasikan dana sebesar 451,3 miliar won, atau sekitar Rp 5 triliun, untuk menangani masalah endemi kesepian.

Profesor psikologi di Korea Selatan, An, mengungkapkan bahwa banyak orang di Korsel merasa kesepian karena mereka sering merasa tidak layak atau tidak memiliki tujuan hidup. 

Pandangan ini sejalan dengan pendapat para ahli sebelumnya yang menyatakan bahwa generasi Millenial dan Gen Z cenderung terlalu keras pada diri sendiri dan sering dilanda ketakutan akan kegagalan. 

Orang-orang dapat merasakan kesepian yang mendalam atau merasa gagal jika mereka merasa tidak memberikan dampak yang berarti bagi orang lain atau masyarakat.

"Orang Korea Selatan mungkin merasa kesepian, ketika mereka membandingkan diri mereka dengan orang lain dan mempertanyakan apakah mereka berguna, cukup berkontribusi pada masyarakat, atau justru tertinggal jauh di belakang," kata An, seperti dikutip oleh CNN.

Selain hubungan nilai diri dengan masyarakat, ada faktor lain yang berkontribusi, seperti meningkatnya jumlah orang yang lajang, berkurangnya interaksi sosial di luar lingkungan kerja dan keluarga, dominasi media sosial, serta budaya kompetitif di Korea yang sangat berorientasi pada prestasi.

"Ketika mereka semua mengejar nilai-nilai yang sama secara berlebihan, kita akhirnya kehilangan jati diri kita sendiri," kata An.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada bulan Juni menunjukkan bahwa "epidemi" kesepian ini mencerminkan nilai-nilai dalam budaya Korea, di mana individu cenderung mendefinisikan diri mereka berdasarkan hubungan dan nilai mereka terhadap orang lain.

Kematian dalam kesendirian telah menjadi fenomena yang menyedihkan, terutama di kalangan warga Korea Selatan, yang dikenal sebagai "godoksa."

Istilah ini merujuk pada kematian kesepian di mana seseorang meninggal tanpa ada kerabat atau keluarga di sisi mereka.

Fenomena ini biasanya dialami oleh orang tua, di mana kematian mereka seringkali baru diketahui setelah berhari-hari atau bahkan lebih lama. 

Istilah ini serupa yang sudah dikenal sebelumnya di Jepang dengan sebutan "kodokushi."

Menurut laporan Korea Herald, saat ini hampir sepertiga rumah tangga di Korea Selatan terdiri dari satu orang, yang merupakan kelompok paling rentan terhadap fenomena matian kesepian ini.

Ilustrasi fenomena "Lonely Death" di Korea (Pexels)

Pemerintah Korea berinisiatif melakukan penanganan ini melalui program “Loneliness-Free Seoul” atau “Seoul Bebas Kesepian” yang akan dijalankan selama lima tahun ke depan.

Program ini berfokus pada penanganan masalah kesepian dari akarnya, dengan tujuan mencegah kematian warga Seoul akibat kesepian.

Setiap tahunnya, ribuan warga Korea Selatan meninggal dalam kondisi sendirian, terisolasi dari keluarga atau teman. Kebanyakan dari mereka merupakan seorang pria paruh baya.

Terkadang, jenazah korban baru ditemukan beberapa hari hingga beberapa minggu setelah mereka meninggal. Kondisi ini sangat kontras dengan situasi Seoul pada tahun 2016, ketika Ibu Kota Korea Selatan tersebut dikenal sebagai salah satu kota paling bahagia di dunia. 

Namun sekarang, kematian akibat kesepian telah menjadi masalah serius yang dihadapi kota ini.

Pada tahun 2023, kasus kematian akibat kesepian di Korea Selatan mencapai 3.661, meningkat dari 3.559 pada tahun sebelumnya. 

Mengutip dari Korea Herald, program “Seoul Bebas Kesepian” memperkenalkan “Smart 24 Platform,” sebuah layanan online dan offline bagi warga Seoul yang merasa kesepian. 

Layanan ini juga terbuka bagi warga asing yang membutuhkan bantuan dan konseling. Salah satu fitur menarik dari platform ini adalah hotline 24 jam “Goodbye Loneliness 120,” yang dirancang khusus untuk orang-orang yang merasa kesepian. 

Hotline ini dijadwalkan mulai beroperasi pada bulan April tahun depan. Warga dapat mengakses layanan ini secara online melalui Pusat Panggilan Dasan 120, di mana mereka akan dihubungkan langsung dengan konselor terlatih dengan menekan nomor tertentu.

Selain itu, layanan ini akan menyediakan dukungan lanjutan, seperti konseling, kunjungan langsung, dan intervensi darurat. 

Dukungan ini tidak hanya ditujukan bagi mereka yang mengalami kesepian, tetapi juga bagi teman, rekan, keluarga, dan tetangga yang mungkin memiliki kekhawatiran atau ingin memberikan bantuan.

Berita Lainnya