Tapi jangan sepelekan Omicron, ya Kawula Muda!
Ketua Pokta Infeksi Pengurus Pusat Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Erlina Burhan, mengungkap alasan Omicron miliki gejala lebih ringan dibandingkan varian lainnya.
Studi HKUMed Hong Kong menyebutkan laju infeksi dan replikasi Omicron di paru-paru manusia dilaporkan 10 kali lebih rendah dibandingkan varian lainnya. Karena itulah, gejala seperti sesak napas maupun demam tinggi jarang ditemui.
"Inilah yang bisa menjelaskan kenapa gejala-gejala yang melibatkan radang di paru seperti sesak nafas, demam yang tinggi itu kurang karena memang replikasi di jaringan paru 10 kali lebih rendah dibandingkan yang lain," jelas Erlina dalam Seminar Daring berjudul "Super-immunity and Implication on New Variant of Covid-19", dikutip dari CNBC.
Sebaliknya, Omicron rupanya memiliki laju infeksi dan replikasi 70 kali lipat lebih tinggi di saluran pernapasan (bronkus). Hal tersebut tentu menjelaskan mengapa sebagian besar pasien Omicron mengakui mengalami gejala ringan sehingga menyerupai flu biasa.
"Ini lah kenapa gejala-gejala omicron itu banyaknya berurusan dengan saluran nafas. Apa itu, batuk, nyeri tenggorok, gatal di tenggorok, kemudian hidung tersumbat, pilek atau rinore," jelas Erlina.
Laporan CDC Desember 2021 menyebutkan beberapa gejala Omicron yang sering ditemukan adalah batuk, fatique, demam, hidung tersumbat, sesak napas, hingga anosmia.
Sebelumnya, varian Delta memiliki beberapa gejala ringan hingga berat mulai dari batuk, demam, sesak napas, kelelahan, nyeri otot, kehilangan kemampuan indra penciuman, muntah, sakit tenggorokan, hingga pilek.
Walaupun memiliki gejala yang lebih ringan, varian Omicron tidak bisa diremehkan begitu saja. Hal itu dikarenakan kemampuan penyebaran yang sangat tinggi sehingga mampu memengaruhi keterisian ranjang rumah sakit.
Sebelumnya, data Satuan Gugus (Satgas) Covid-19 melaporkan adanya penambahan 7.010 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi pada Rabu (26/01/2022).