Karena mengandung mitos dengan spirit ke-nusantara-an!
Patung naga yang berada di depan Yogyakarta International Airport (YIA) mendapat kritik dari seorang politikus.
Mustofa Nahrawardaya, politikus Partai Ummat, menyebut simbol naga di depan YIA tersebut bukanlah lambang negara RI. Ia turut mempertanyakan mengapa bukan patung garuda ataupun pahlawan yang dipasang di bandara tersebut.
Menanggapi kritik tersebut, sang seniman, Tri Suharyanto pun angkat bicara soal inspirasi patung yang diberi nama Patung Naga Sutra tersebut.
“Jadi sebenarnya tidak semata-mata saya menggunakan ikon China terus ada huruf-huruf China ada peta kuno di bawah naga, sebenarnya ada maksud tujuan. Saya ingin mengulik kembali tentang sejarah,” tutur Tri dikutip dari Detik.com.
Ia menjelaskan peta tersebut merupakan ‘landasan naga’ yang melambangkan peta kuno Laksamana Cheng Ho.
“Ia (Laksamana Cheng Ho) melakukan ekspedisi menemukan Benua Amerika,” tambah Tri.
Hal itu diyakini Tri sebagai sejarah yang penting. Menurutnya, jauh sebelum Laksamana Cheng Ho melakukan ekspedisi, orang-orang Nusantara sebenarnya sudah melakukan hal serupa.
Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa orang Nusantara sudah menjelajah Benua Amerika jauh sebelum dimulainya literasi pencatatan penjelajahan.
"Contohnya, mungkin saja kita telah menjelajah belahan dunia jauh sebelum Colombus atau bahkan laksamana Cheng Ho, hal itu dibuktikan dengan penemuan artefak dan relief Candi Sukuh. Naga tersebut merupakan mitologi, sama halnya pemikiran yang ada dalam benak saya soal sejarah nusantara, penuh dengan mitologi," paparnya dikutip dari Kumparan.com.
Tri juga menjelaskan penggambaran naga merupakan simbol mitos dengan semangat ke-nusantara-an yang mulai keropos.
Maka dari itu, ia ingin membangkitkan lagi semangat orang Indonesia untuk kembali mengulik kebesaran bangsa kita lewat sejarah tersebut. Ia percaya bangsa kita bukanlah bangsa yang kecil.
“Kenapa nggak ada nasionalisme? Itu sengaja saya ingin memunculkan mitos kejayaan kita. Karena kita nggak punya bukti apa pun, seperti halnya naga ada atau nggak, itu mitos. Mengangkat spirit-spirit ke-nusantara-an sekarang yang sudah mulai keropos, bisa dipelajari dari situ,” tuturnya.
Karena itulah, Tri meminta masyarakat untuk tidak menilai keberadaan patung tersebut dengan kacamata politik.