Hai Kawula Muda, ahli virus di Institut Virologi Wuhan telah memperingatkan temuannya tentang kelelawar yang terinfeksi virus corona sejak 2015.
Setiap tahun majalah TIME merilis 100 orang paling berpengaruh di dunia, termasuk pada 2020. Adanya pandemi Covid-19 yang terjadi sejak akhir 2019, membuat muncul nama-nama baru dalam daftar tersebut.
Mereka adalah ilmuwan, perawat, dan pemimpin yang dinilai berpengaruh besar dalam penanganan dan pengungkapan misteri virus corona atau SARS-CoV-2.
Berikut ini, 6 orang yang berpengaruh dalam penanganan Covid-19 di dunia.
Sebagai Direktur Jendral Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), namanya menjadi semakin populer selama pandemi Covid-19. Tedros juga memperjuangkan kesetaraan dan akses kesehatan, bahwa semua orang berhak atas perawatan kesehatan yang berkualitas.
Prinsip itu muncul ketika ia melihat bagaimana penyakit yang seharusnya bisa dicegah merenggut anak-anak di sekitarnya, termasuk adik laki-lakinya.
Tedros memiliki peran penting dalam penanggulangan wabah Ebola di Kongo, dan kini ia terus menyuarakan harapan di tengah pandemi Covid-19.
Shi Zengli adalah seorang ahli virus di Institut Virologi Wuhan dan memimpin salah satu tim pertama yang mengisolasi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Pada 2003, Shi dan rekan-rekannya melakukan perjalanan ke gua-gua China untuk menemukan asal SARS. Di sana mereka menemukan kelelawar yang terinfesi virus mirip SARS.
Tahun-tahun berikutnya, Shi terus ke banyak gua lainnya dan menemukan lebih banyak virus corona kelelawar.
Pada 2015, Shi dan rekan-rekannya memperingatkan bahwa hanya masalah waktu sebelum virus corona lainnya merebak dan mendatangkan bencana.
Lima tahun kemudian, SARS-CoV-2 menjadi bukti pernyataan Shi. Namun, ia justru dituduh sebagai orang yang bertanggung jawab di balik merebaknya virus corona.
Anthony fauci adalah Direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular. Di masa pendemi, beberapa kali ia menolak untuk ditekan para politisi. Ia terus menyampaikan kebenaran meski sulit untuk didengar, tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa.
Keberanian dan keterusterangannya itulah yang membuat Anthony masuk dalam daftar orang paling berpengaruh di dunia versi TIME.
Pada Januari 2020, Camilia Rothe, seorang spesialis penyakit menular di Munich menjadi salah satu orang pertama yang mendokumentasikan infeksi Covid-19 tanpa gejala. Laporannya tentang penyebaran tanpa gejala pertama kali disambut dengan ketidakpercayaan, penyangkalan, dan penghinaan.
Setelah banyak pasien mulai mengalami kondisi serupa, laporan Camilla pun diterima secara luas. Kini, adanya orang tanpa gejala (OTG) menjadi salah satu titik lemah dalam memerangi pandemi ini.
Menurut TIME, jika banyak orang mendengarkannya, penyebaran lebih besar mungkin akan bisa dicegah dan banyak nyawa bisa terselamatkan.
Amy O’Sullivan adalah seorang perawat emergency veteran di Rumah Sakit Wyckoff di Brooklyn, New York. Ia merawat pasien pertama Covid-19 yang meninggal di kota itu pada awal Maret 2020.
Saat itu belum benar-benar dipahami pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), dan Amy pun kemudian terinfeksi virus corona. Ia mulai menunjukkan gejala beberapa hari setelah merawat pasien tadi.
Setelah menghabiskan empat hari dengan ventilator, Amy diperbolehkan pulang dan beristirahat selama kurang dari dua minggu sebelum kembali bekerja.
Amy hanyalah salah satu dari jutaan perawat di dunia yang mempertaruhkan segalanya untuk melayani orang lain.
Beberapa hari setelah ditemukan kelompok kasus pertama, Zhang Yangzhen bersama tim menemukan genom SARS-CoV-2 pertama. Data tersebut memungkinkan para ilmuwan di seluruh dunia untuk mulai mengembangkan tes pendeteksi virus pada awal Januari 2020.
Kecepatan tim Zhang yang belum pernah terjadi sebelumnya, dimungkinkan karena jaringan pemantuan penyakit luar biasa yang mereka bangun untuk mendeteksi strain flu dan virus corona yang muncul.
Tanpa temuan itu, pandemi Covid-19 mungkin bisa menjadi bencana yang jauh lebih buruk.