All Eyes on Rafah!
Israel kembali melakukan serangan di Palestina, kali ini mereka menargetkan kamp pengungsi di Rafah, pada Minggu (26/5/2024).
Aksi tersebut ditentang banyak pihak lantaran kamp pengungsian di Kota Rafah merupakan tempat aman yang dijanjikan, Kawula Muda.
Menanggapi hal tersebut, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan telah terjadi “kesalahan tragis” atas serangan yang terjadi di Rafah.
“Di Rafah, kami telah mengevakuasi sekitar satu juta warga yang tidak terlibat dan meskipun kami berupaya sebaik mungkin untuk tidak merugikan mereka yang tidak terlibat, sayangnya terjadi kegagalan tragis tadi malam,” katanya, dilansir Sky News, pada Kamis (30/5/2024).
Lebih lanjut, Netanyahu memberikan pernyataan tentang serangan udara di Rafah telah menewaskan sedikitnya 45 orang.
Serangan terbaru Israel di kota Rafah semakin menambah kecaman internasional atas apa yang dilakukan Israel kepada Palestina selama ini. Bahkan, Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu dekat Israel menyatakan kemarahannya atas kematian warga sipil.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS mengatakan bahwa serangan IDF tersebut diklaim menargetkan dua pejabat senior Hamas, tetapi pada kenyataannya juga dilaporkan menewaskan puluhan warga sipil Palestina yang mengungsi dan berlindung di tenda-tenda di Kota Rafah, Gaza Selatan.
Meski AS sebagai sekutu kecewa atas apa yang dilakukan Israel di Rafah, Tapi, negara Paman Sam ini tidak menyerukan penghentian serangan Israel ke Rafah.
“Israel mempunyai hak untuk menyerang Hamas, dan kami memahami serangan ini menewaskan dua teroris senior Hamas yang bertanggung jawab atas serangan terhadap warga sipil Israel,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional.
“Tetapi, seperti yang telah kami jelaskan, Israel harus mengambil segala tindakan pencegahan untuk melindungi warga sipil,” katanya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres melalui juru bicaranya turut mengecam keras serangan Israel di kamp pengungsi di Rafah. Guterres bahkan meminta untuk gencatan senjata sesegera mungkin.
"Guterres kembali menegaskan permintaannya untuk gencatan senjata sesegera mungkin dan pembebasan semua sandera secepatnya dan tanpa syarat. Dia mengingatkan kembali perintah terbaru Mahkamah Internasional, yang bersifat mengikat dan harus dipatuhi," ucapnya.