Waduh, dampaknya apa ya Kawula Muda?
Penggunaan internet saat ini menjadi salah satu kebutuhan yang sangat membantu kehidupan masyarakat kota sehari-hari. Namun, internet diprediksi akan menimbulkan gangguan yang akan dirasakan selama berbulan-bulan, loh Kawula Muda.
Melansir dari laman Liputan6, Rabu (05/07/2023), terdapat badai matahari super yang diprediksi mengakibatkan internet apocalypse atau kiamat internet. Adanya kiamat internet ini telah dijelaskan oleh Sangeetha Abdu Jyoth, pakar Ilmu Komputer dari University of California.
Menurut penjelasannya, matahari kerap melepaskan partikel magnetik setiap beberapa waktu. Partikel magnetik ini disebut sebagai solar wind atau angin surya.
Menurut laporan, angin surya diciptakan oleh ekspansi luar partikel bermuatan dari korona Matahari di atmosfer terluar.
Walaupun lebih padat dibandingkan angin di Bumi, angin ini jauh lebih cepat dan bisa bertiup dengan kecepatan satu hingga dua juta mil per jam. Angin yang dihasilkan badai Matahari ini dapat berdampak ke Bumi hingga mampu melepaskan partikel matahari dan radiasi elektromagnetik.
Itulah yang disebut pula pada sebuah penelitian sebelumnya, yakni kemungkinan kecil terjadi badai yang memicu pemadaman internet dengan ancaman yang cukup luar biasa.
Tetapi, peristiwa langka yang bisa jadi nyata ini belum pernah terjadi di era digital. Pemadaman internet atau yang disebut dengan 'kiamat internet' bisa saja terjadi bila ada badai matahari yang sangat kuat menghantam bumi.
Menurut laporan dari The Washington Post, badai matahari yang dikenal sebagai Peristiwa Carrington melanda di tahun 1859 dan mengganggu jalur telegraf sebagai alat komunikasi pada masa itu.
Matahari sendiri memiliki siklus kira-kira 11 tahun yang mana siklus berikutnya akan jatuh pada tahun 2025 di mana matahari memasuki periode aktif khusus yang dikenal dengan Solar Maximum. Warganet yang awam jadi khawatir bila badai matahari terjadi lagi dan menyebabkan kendala pada internet seperti yang terjadi pada Peristiwa Carrington.
Dari temuan Sangeetha Abdu Jyothi dalam Solar Superstorms: Planning for an Internet Apocalypse, mencatat bahwa badai matahari yang parah kemungkinan akan berpengaruh pada infrastruktur berskala besar seperti kabel komunikasi bawah laut yang dapat mengganggu konektivitas komunikasi jarak jauh orang-orang di dunia. Termasuk efek pada telekomunikasi, satelit, serta jaringan listrik.
Mungkin intranet seperti situs yang dikelola pemerintah dengan hosting lokal masih bisa diakses, tetapi untuk mengakses situs internet skala besar mungkin tidak dapat dilakukan. Bahkan untuk mengakses data di suatu tempat dengan internet saja sulit, Kawula Muda.
Adanya kajian tentang 'kiamat internet' ini tentu membuat panik warganet. Selain jurnal Solar Superstorms: Planning for an Internet Apocalypse yang menyebut adanya kiamat internet, penemuan dari Parker Solar Probe atau perangkat NASA yang diluncurkan pada 2018 lalu untuk meneliti atmosfer matahari dan beberapa ilmuan yang sedang meneliti tentang angin (badai) matahari diduga menjadi pencetus berita 'kiamat internet' viral di sosial media, Kawula Muda.
Sampai saat ini, masih jadi perdebatan apa yang akan dilakukan jika benar kiamat internet terjadi. Terlebih, diperkirakan 'kiamat internet' ini bisa terjadi berbulan-bulan karena banyak infrastruktur internet terkonsentrasi dibangun di garis lintang utara bumi yang mana letak tersebut rentan dengan terpaan badai matahari. Jika memang terjadi, maka perbaikannya bisa berbulan-bulan, Kawula Muda.
Kalau internet padam, lo bakal melakukan apa, Kawula Muda?