Jangan dianggap sama dengan naik haji, ya Kawula Muda!
Program pemerintah Arab Saudi untuk membuat Ka’bah secara virtual di Metaverse mendapat beragam reaksi dari komunitas muslim seluruh dunia.
Salah satunya datang dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketua MUI Bidang Fatwa KH Asrorun Niam Sholeh menegaskan kunjungan Ka’bah lewat Metaverse tersebut berbeda dengan naik haji.
“Haji itu merupakan ibadah mahdlah, bersifat dogmatik, yang tata cara pelaksanaannya atas dasar apa yang sudah dicontohkan oleh Nabi,” tutur Niam dikutip dari Detik.
Namun, ia mengimbau bagi umat Muslim yang ingin mengenal Ka’bah dipersilahkan untuk melakukan kunjungan virtual tersebut. Lagi pula, kunjungan tersebut dapat saja membantu para calon jemaah haji atau umrah sebagai persiapan atau latihan manasik haji.
Hal senada juga ditegaskan oleh Kementerian Agama Turki yang menyatakan bahwa mengunjungi Ka’bah di Metaverse tidak sama dengan ibadah langsung di tanah suci.
“Haji harus dilaksanakan secara nyata dengan tubuh yang berada di sana dengan menginjakkan tanah di hadapan Ka’bah. Orang-orang beriman bisa mengunjungi Ka’bah di Metaverse, tetapi itu bukan ibadah haji,” tutur Direktur Departemen Layanan Haji dan Umrah Kemenag Turki, Remzi Bircan, dikutip dari Asumsi.
Walaupun begitu, ia mendukung apabila program tersebut dimaksudkan sebagai ajang promosi. Sebelumnya, Museum Arkeologi di Istanbul juga melakukan hal yang sama yakni memungkinkan kunjungan secara virtual.
Sebelumnya, pemerintah Arab Saudi memang memproyeksikan Ka’bah di Metaverse dengan tujuan melihat Hajr Aswad secara virtual dari rumah masing-masing.
Namun, hal tersebut membawa kontroversi di media sosial yang memperdebatkan apakah kunjungan ke Ka’bah di Metaverse tersebut dapat dianggap sebagai ‘ibadah yang nyata’.