Kawula Muda, ritual tersebut dilakukan dipercaya untuk membuang sial!
Sejumlah celana dalam dan bh alias bra perempuan terlihat berserakan di gunung-gunung yang berada di Jawa Barat. Pakaian dalam tersebut diduga sebagai sisa ritual yang dilakukan di situs kebudayaan di Jawa Barat.
Situs Nagara Padang di Desa Rawabogo, Kecamatan Ciwidey, Kabuputen Bandung telah menjadi sasaran pembuangan pakaian dalam bekas dari para pengunjung yang melakukan ritual di situs tersebut.
Kejadian ini bukanlah yang pertama kali. Selama 2022, sejumlah kasus pembuangan pakaian dalam ini telah terjadi berkali-kali. Hal ini tentu saja membuat resah masyarakat setempat.
Dengan ulah para pelaku ritual yang membuang pakaian dalam mereka sembarangan, gunung dan situs kebudayaan di Jawa Barat ini pun menjadi kotor dan tercemar.
Bagi sebagian besar pendaki, nama Gunung Sanggabuana pasti sudah tidak asing lagi. Gunung yang berada di kawasan Kabupaten Karawang, Jawa Barat ini memiliki ketinggian 1291 mdpl dan mempunyai pemandangan yang menakjubkan.
Sayangnya, beberapa waktu belakangan, pemandangan Gunung Sanggabuana ini mulai tercemar dengan tumpukan celana dalam dan bh bekas.
Mengutip dari detik.com, Gunung Sanggabuana kerap kali menjadi tempat ritual untuk buang celana dalam.
Ritual itu biasanya dilakukan pada malam satu suro. Ironisnya, ritual ini dilakukan untuk meraup keuntungan segelintir pihak tidak bertanggung jawab.
Ritual ini kabarnya banyak dilakukan oleh orang dari luar wilayah Gunung Sanggabuana. Menurut masyarakat setempat, banyak kuncen baru bermunculan dan mencari pengunjung yang akan melakukan ritual buang sial tersebut.
Para kuncen-kuncen itu akan memberlakukan tarif untuk mendampingi mereka menjalani ritual di 4 mata air di gunung tersebut yaitu Pancuran Mas, Pancuran Kejayaan, Pancuran Kahuripan, dan Pancuran Sumur Tujuh.
Pancuran Mas sendiri dianggap keramat oleh warga sekitar. Orang yang mandi dan melempar uang koin ke mata air itu dipercaya dapat terkabul keinginannya. Ritual itu juga dipercaya untuk membuang sial.
Tak hanya itu, ritual juga dilakukan di 14 makam antara lain Makan Eyang Haji Ganda Mandir, Taji Malela, Kyai Bagasworo, Ibu Ratu Galuh, Eyang Abdul Kasep, Eyang Sapujagat, dan banyak lagi lainnya. Untuk sekali ritual para kuncen itu mematok tarif sebesar Rp 250 ribu.
Pengunjung yang datang ke puncak Gunung Sanggabuana diwajibkan mandi di pancuran. Setelah selesai mandi, celana dalam yang dipakai harus dibuang di sekitar tempat pemandian.
Pengunjung yang melakukan ritual itu biasanya datang dari luar Kawarng seperti Banten, Jawa Tengah, dan Jakarta. Biasanya pada bulan Maulud, banyak orang datang untuk melakukan ritual.
Akibat banyaknya pengunjung yang membuang pakaian dalam mereka, membuat mata air wilayah tersebut menjadi tercemar.
“Sampah celana dalam atau lainnya, secara ekologi ini sebenarnya tidak baik, karena sampah ini mengotori Pegunungan Sanggabuana. Yang jadi masalah utamanya, sampah pakaian dalam ini banyak mengotori di sepanjang aliran air. Kita tidak tahu mereka, para peziarah ini dalam kondisi sehata atau tidak. Karena banyak pengunjung dari berbagai kalangan pekerja yang berharap berkah dari pancuran ini, dan jika sedang tidak sehat bisa menyebarkan penyakit menular,” ujar Bernard T Wahyu, Ketua Ekspedisi Flora dan Fauna Pegunungan Sanggabuana.
Kasus pembuangan celana dalam wanita juga terjadi di situs Nagara Padang yang berada di Gunung Padang di Desa Rawabogo, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Sama seperti yang terjadi Gunung Sanggabuana, celana dalam bekas itu adalah miliki para pengunjung yang melakukan ritual di situs kebudayaan tersebut.
Bahkan, celana dalam wanita bekas itu dikumpulkan hingga mencapai 10 karung.
“Jadi budaya membuang pakaian yang dipakai pada saat ziarah itu merupakan bagian dari pembersihan diri. Budaya seperti itu dibawa ke wilayah Situs Gunung Padang, sehingga menimbulkan tumpukan sampah pakaian,” ujar Kapolsek Ciwidey Iptu Anjar Maulana seperti yang dikutip dari detik.com.
Menurut waga setempat pakaian dalam wanita itu bukan berasal dari warga sekitar yang membuat sembarang. Para peziarah biasanya langsung membuang pakaiannya setelah melaksanakan mandi, sebagai kepercayaan untuk membuang sial.
Wah, ada-ada saja ya, Kawula Muda! Semoga kejadian ini tidak terjadi lagi ya!