Kebiasaan Ardian membaca buku tentang travel nih, Kawula Muda!
Ardian Hafidz Annafi, namanya tidak begitu populer di kalangan guru maupun siswa di sekolahnya, SMA Pradita Dirgantara. Namun, siapa sangka, siswa asal Boyolali, Jawa Tengah ini berhasil lolos di tujuh perguruan tinggi luar negeri jajaran kampus top dunia.
Ketujuh kampus tersebut tersebar di Kanada, Selandia Baru, dan Australia. Masing-masing menempati peringkat top 100 dan top 200 dunia versi QS World University Rankings (WUR).
Kampus-kampus itu adalah University of Toronto, University of British Columbia (UBC), The University of Western Australia, Wageningen University, University of Otago, Curtin University, dan Victoria University of Wellington.
Siswa yang akrab disapa Ardian ini mengaku, sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), ia tidak terlalu aktif dalam organisasi maupun kegiatan lomba. Bahkan, pria muda berusia 18 tahun itu menyebut tidak ada kegiatan istimewa yang ia lakukan.
Meskipun terdengar seperti siswa pada umumnya, namun ada satu hal yang tak pernah dilewatkan dalam kesehariannya, yakni membaca buku. Sejak SMP ia suka mengunjungi perpustakaan daerah sekadar untuk membaca kisah traveller yang sudah melanglang buana.
Ardian memang mempunyai impian untuk pergi ke luar negeri. Hingga tiba masa pendaftaran ke SMA, dia memutuskan untuk masuk ke SMA Pradita Dirgantara, meskipun harus mengikuti seleksi yang ketat. Di sekolah inilah ia memulai untuk mewujudkan impiannya.
SMA Pradita Dirgantara merupakan sekolah asrama (boarding school) yang berada di bawah Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU). Sekolah ini menerapkan jadwal yang ketat layaknya militer.
Namun, kebiasaan membaca buku Ardian masih berlanjut hingga SMA. Ia biasa membaca buku di atas jam 10 malam.
Di kelas 10 Ardian mengikuti ekstrakurikuler Kompetisi Sains Nasional (KSN) Ilmu Kebumian. Ekstrakurikuler ini muaranya untuk mengikuti lomba KSN, salah satu kompetisi nasional bergengsi di kalangan siswa SMA, dulu namanya Olimpiade Sains Nasional (OSN).
Saat itu ia menyebut masih malas-malasan mengikuti KSN. Ia mulai benar-benar mendalami seluk beluk KSN ketika duduk di kelas 11. Kala itu ia tersadar dan bertekad untuk membuat dirinya lebih dikenal dan bernilai dengan menorehkan prestasi. Alhasil Ardian memperoleh medali perunggu di KSN Ilmu Kebumian.
Rahasia lain di balik keberhasilan Ardian dipilih oleh tujuh kampus terbaik dunia tersebut adalah selalu mengoptimalkan pikirannya saat mengikuti pembelajaran dalam kelas. Ia mengatakan selalu fokus dan beruntungnya ia bisa menyerap materi tanpa harus mengulangi belajar di lain waktu.
Ia mengaku, tidak mengambil kegiatan les atau bimbingan belajar baik online maupun offline di luar sekolah. Sebab, selain sudah mendapatkan ilmu dari kegiatan di kelas, ia tidak memiliki waktu mengingat SMA Pradita Dirgantara menerapkan jadwal yang begitu padat.