Semoga cacar monyet gak ngadi-ngadi di Indonesia, ya Kawula Muda :)
Pada Senin (25/07/2022), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan akan melakukan pengawasan dan pendataan ketat terhadap kelompok gay di Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi wabah cacar monyet di Indonesia.
Lantas, mengapa pemerintah memutuskan untuk melakukan pengawasan ketat tersebut bagi kelompok gay?
Sebagai informasi, berbagai penelitian memang telah dilakukan untuk mencari tahu pola penularan dari wabah cacar monyet. Salah satunya pun dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.
Hasilnya, ditemukan bahwa laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki menjadi kelompok yang rentan akan penularan wabah tersebut.
Pada studi terbaru, peneliti meneliti 528 data kasus cacar monyet di 16 negara. Hasilnya, 98 persen pasien cacar monyet adalah laki-laki yang diidentifikasi sebagai gay dan biseksual.
Selain itu, laporan dari British Health Security Agency juga menemukan hasil serupa. Dari penelitiannya terhadap 699 kasus cacar monyet, 97 persen di antaranya merupakan laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki.
Penyebab mengapa kelompok gay menjadi rentan pun dijelaskan oleh ahli epidemiolog asal Griffith University Australia, Dicky Budiman. Ia mengatakan bahwa kontak erat dan intim yang berlangsung lama di kelompok gay membuat penyebaran berlangsung dengan cepat.
Terlebih lagi, kelompok gay yang kerap berganti pasangan seksual dapat membuat wabah cacar monyet tersebar semakin luas.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa wabah cacar monyet sudah berada di dalam keadaan darurat kesehatan global.
Adapun hal tersebut dikarenakan wabah cacar monyet telah menyebar ke seluruh dunia dengan cepat dan lewat metode penularan baru.
“Untuk semua alasan ini, saya telah memutuskan bahwa wabah cacar monyet global merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional,” tuturnya.