Soalnya udah jadi budaya yang berakar kuat, Kawula Muda :)
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Alexander Marwata, menyebut para koruptor yang tertangkap memang sedang sial alias apes.
Hal itu disebabkan maraknya kasus korupsi di Indonesia sehingga menjadi sesuatu yang lazim terjadi.
“Saya kok masih merasa, orang yang kemudian tertangkap tangan atau berperkara terhadap perkara korupsi itu apes. Ya, itu bukan kejadian yang luar biasa,” tutur Alex dalam Puncak Peringatan Hakordia Kementerian Keuangan, Selasa (13/12/2022) mengutip Liputan6.
Lebih lanjut, walau marak dilakukan, risiko ketahuan para koruptor tersebut masih rendah. Karena itulah, banyak pejabat dan penyelenggara negara yang merasa aman melakukan korupsi.
“Risiko orang ketahuan korupsi sangat rendah. Kalau enggak ada yang lapor, enggak ada yang kemudian kita bisa mengungkap,” tambahnya.
Terkait pemberantasan korupsi di Indonesia, Alex menyebut belum ada hasil signifikan yang ditemukan. Bahkan, indeks persepsi Indonesia yang merupakan tolak ukur keberhasilan pemberantasan korupsi masih dinilai rendah.
“Indeks persepsi Indonesia selama lima tahun terakhir berkutat di angka 37, 38, pernah di angka 40 turun lagi ke 38,” jelasnya.
Alex turut menyatakan bahwa koruptor yang tidak terjaring operasi tangkap tangan (OTT) adalah mereka yang bermain dengan ‘rapi’. Mereka juga dinilai pintar dalam menyembunyikan kekayaannya.
Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pun dinilai belum banyak mengungkap perilaku koruptif para pejabat. “Ada banyak penyimpangan tapi lebih banyak penyimpangan itu dikategorikan sebagai pelanggaran administratif,” tutur wakil ketua KPK tersebut.
Karena itulah, masih sulit rasanya bagi Indonesia untuk mencabut akar budaya korupsi, Kawula Muda!