Kawula Muda, korban erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) lalu kini bertambah semakin banyak.
Melansir CNNIndonesia, sudah tercatat sebanyak 34 korban jiwa meninggal.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan pada Selasa (7/12/2021), setidaknya ada 2.000 warga yang mengungsi akibat peristiwa tersebut. Sementara itu, warga dinyatakan hilang sejumlah 27 orang, berkurang menjadi 17 orang.
Menanggapi hal itu, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) akhirnya berkomitmen untuk merelokasi 2.000 warga yang terdampak.
"Kemungkinan relokasi dari tempat-tempat yang kita perkirakan berbahaya untuk dihuni kembali. Tadi saya dapat laporan kurang lebih 2.000-an rumah," kata Jokowi saat mengunjungi langsung lokasi erupsi di Kabupaten Lumajang.
Upaya pemerintah juga tak berhenti sampai di situ. Di kesempatan lain, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendi menyampaikan akan membuat sebuah jembatan penghubung antara Lumajang dan Malang agar penanganan korban semakin mudah.
Melansir KOMPAS.com, warga di Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jatim rupanya sudah melihat tanda-tanda yang dikeluarkan Gunung Semeru ketika ingin erupsi—adanya goresan lava putih.
Warga bernama Marsid yang berusia 50 tahun melihat tanda tersebut empat hari sebelum erupsi.
"Jadi gunung itu tergores lava putih. Nunggu berapa hari lagi pasti terjadi lahar," kata Marsid pada Senin (6/12/2021).
Tak hanya itu, tanda lainnya yang dijadikan patokan yakni aliran air. Pasalnya, air yang terlihat kotor tercemar dari abu letusan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.
Pada hari Sabtu (4/12/2021), awan panas Gunung Semeru pun mulai bermunculan.