Hai Kawula Muda, tetap taati prokesnya ya!
Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang harus menghadapi ‘menggila’-nya penyebaran kasus Covid19 varian baru, Omicron.
Hampir sepekan terakhir ini, AS dikabarkan kian terpuruk akibat dilanda tsunami Covid-19 tersebut. Kasus harian pun semakin tak terkendali di pengujung 2021 akibat varian Omicron.
Diperkirakan, varian Omicron saat ini telah menyumbang 58,6 persen dari total kasus baru Covid-19 di AS.
Bahkan, pada Kamis (30/12/2021), penambahan kasus varian Covid-19 di negeri Paman Sam bertambah 500.000 atau tepatnya 525.611.
Dikutip dari Worldometers, Jumat (31/12/2021), dengan tambahan itu kini total kasus positif Covid-19 di AS menjadi 55.205.978 orang.
Sedangkan pasien meninggal dunia, dalam kurun 24 jam ada tambahan 1.255 orang. Sehingga kini pasien Covid-19 meninggal di AS menjadi 845.638.
Terjadinya kasus varian Omicron yang tidak terbendung di AS setidaknya spekan terakhir ini, disebut-sebut karena varian ini kebal terhadap vaksin.
Banyak penduduk sudah menerima dua dosis masih terpapar. Meski demikian, rata-rata pasien terpapar varian Omicron tidak mengalami gejala parah.
Tercatat pada Kamis (30/12/2021), jumlah pasien sembuh hanya bertambah 52.375 orang. Jumlah itu hanya 10 persen dari jumlah kasus harian saat ini.
Melonjaknya kasus harian jelas berdampak terhadap keterisian di berbagai rumah sakit di negara bagian AS.
Per Rabu (29/12/2021), ada 79.000 pasien Covid-19 harus dirawat di rumah sakit. Bahkan 17.969 di antaranya dalam kondisi kritis.
Demi mengatasi masalah itu, pusat pengendalian penyakit AS atau CDC memutuskan memperpendek masa isolasi pasien Covid-19 tanpa gejala di rumah sakit dari 10 hari menjadi 5 hari.
Diharapkan hal ini mampu meringankan beban staf di rumah sakit termasuk di layanan lainnya.
Pakar penyakit menular Dr Anthony Fauci mengatakan, puncak dari penularan varian Omicron diprediksi akan mencapai puncaknya pada akhir Januari 2022.
“Lonjakan varian Covid-19 Omicron di Amerika Serikat kemungkinan akan mencapai puncaknya pada akhir Januari,” kata fauci.