Semoga stok beras kita bisa tetap aman ya, Kawula Muda!
Terkait krisis pangan dunia, banyak pihak pemerintahan yang angkat suara. Salah satunya Menteri Pertanian Indonesia, Syahrul Yasin Limpo. Ia menjelaskan tidak akan segan-segan mengganti produk pangan beras menjadi sagu apabila harga beras meroket tinggi.
“Beras, kalau memang harganya tidak bersahabat potong semua pohon sagu yang ada. Kita masih punya 5 juta hektar sagu. Potong 1 juta sudah bisa bertahan 1-2 tahun, makan sagu aja,” tuturnya pada acara Kegiatan Pembekalan Penyuluhan Pertanian Nasional, Kamis (06/10/2022) mengutip Kompas.
Memangnya, ada apa dengan komoditi pangan dunia? Apakah stok beras Indonesia aman? Apabila tidak, apa yang dapat menjadi pengganti beras?
Pandemi, musim hujan, hingga perang Ukraina-Rusia menjadi faktor pendorong krisis pangan global hingga Indonesia. Keadaan perubahan iklim di seluruh dunia juga memiliki andil terhadap kosongnya stok pangan dunia.
“Mungkin kita (Indonesia) belum merasakan dampak perubahan iklim dan krisis pangan global. Namun, beberapa negara di benua Afrika, negara Asia, serta bahkan untuk Amerika dan Inggris saja sudah mulai terlihat nyata ancaman tersebut,” jelas Syahrul.
Pada September 2022, harga beras memang telah mengalami kenaikan. Mengutip laman resmi Badan Statistik Indonesia, rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan mencapai Rp 10.252 per kg. Harga tersebut naik 3,55 persen apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada di angka Rp 9.785 per kg.
Sementara itu, harga beras kualitas medium di penggilingan kini dihargai Rp 9.785 per kg. Harga tersebut naik sebesar 4,56 persen dari bulan sebelumnya, yakni Rp 9.466 per kg.
Di sisi lain, berbagai negara memang mulai merasakan dampak dari krisis pangan. Misalnya Inggris. Harga kebutuhan pokok yang melejit serta musim kering yang berkepanjangan menyebabkan produksi pangan menjadi terganggu.
Mengutip Guardian, masyarakat Inggris mulai kesulitan membeli makanan. Banyak pula anak sekolah yang membawa kotak bekal kosong ke sekolah karena tidak mampu membeli pangan.
Terkait stok beras Indonesia, pihak Kementerian Pertanian (Kementan) menjamin stok beras Indonesia aman. Adapun, Syahrul mengatakan bahwa stok beras Indonesia surplus 10 juta ton per Juli 2022.
“(Stok beras) aman dong. Kita punya stok dan neraca kita masih surplus 10 juta ton. Di mana persoalannya? Kamu mau berapa ton? Mau beli berapa? Ayo,” tuturnya.
Ia turut menjelaskan bahwa petani Indonesia telah memasuki masa tanam utama pada Oktober 2022 hingga Maret 2023 mendatang. Karena itu, diharapkan kebutuhan pangan pokok masyarakat Indonesia dapat tetap cukup tersedia.
Apabila krisis beras benar-benar terjadi di Indonesia, Kementan menyatakan terdapat enam komoditas yang dapat dijadikan pangan alternatif. Sejauh ini, Kementan telah menyiapkan ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang, dan talas.
Kini, pemerintah pun tengah mengembangkan keenam komoditas tersebut lewat program pengembangan pangan lokal. Hal itu pun diverifikasi oleh Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri.
“Semua bisa menjadi bahan substitusi beras. Kenapa? Karena kenyang itu kan nggak harus beras,” tuturnya lewat siaran tertulis, Sabtu (08/10/2022) mengutip Kumparan.
Masyarakat lokal Indonesia juga sebenarnya telah lama mengonsumsi pangan pokok alternatif tersebut. Sejumlah daerah terutama bagian timur Indonesia telah menjadikan sagu dan ubi kayu sebagai makanan pokok mereka.
“Kita bisa makan talas, makan kentang, atau bahkan makan sagu. Dan itu adalah pangan masyarakat lokal kita sejak dulu,” tambahnya.