Kapan terakhir kali kamu naik pesawat, Kawula Muda?
Wakil Menteri II Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartiko Wirjoatmodjo, membenarkan adanya rencana untuk menyiapkan PT Pelita Air Service (PAS) sebagai pengganti PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) untuk maskapai nasional Indonesia.
Kartiko menjelaskan rencana tersebut merupakan antisipasi apabila restrukturisasi dan negosiasi yang sedang dijalani oleh Garuda tidak berhasil.
"Benar Pelita dipersiapkan menjadi pengganti Garuda karena kalau recovery penumpang udara meningkat, akan terjadi shortage serius jumlah pesawat di Indonesia. Ini karena banyak sekali pesawat yang di-grounded oleh lessor,” ujar Kartiko, Rabu (20/10/2021) dikutip dari Bisnis.com.
Sebelumnya, ramai diberitakan bahwa maskapai pelat merah tersebut memiliki utang hingga Rp 70 triliun terhadap sejumlah kreditor maupun perusahaan penyewa pesawat (lessor). Padahal, di sisi lain, arus kas masuk ke Garuda sangat minim dikarenakan beberapa hal.
Pertama, dikarenakan Garuda sangat bergantung akan mobilitas masyarakat. Karena adanya pembatasan perjalanan akibat Covid-19 semakin menipiskan arus kas yang masuk ke GIAA.
Kedua, pesawat yang digunakan Garuda rupanya dimiliki puluhan lessor. Akibatnya, negosiasi dengan pihak kreditur dari lessor akan membutuhkan waktu yang sangat panjang.
Ketiga, biaya leasing yang melewati kewajaran hingga jenis pesawat yang terlalu banyak. Selama ini, Garuda menggunakan maskapai Boeing 737, Boeing 777, Airbus A320, Airbus A330, ART, hingga Bombardier.
Hal itu pun mampu membuat kebocoran dana karena inefisiensi perawatan, manajemen operasi penerbangan, hingga pelatihan kru kabin.
Sementara itu, penyebab keempat menurut Kartiko adalah terlalu banyaknya rute yang dipaksakan untuk terbang walaupun tidak menguntungkan.
’’Kalau mentok ya kita tutup, tidak mungkin kita berikan penyertaan modal negara karena nilai utangnya terlalu besar,’’ tuturnya.
Dikarenakan berbagai hal tersebut, Pelita dipersiapkan untuk menggantikan Garuda. Dalam hal saham, kedua maskapai penerbangan tersebut memang dimiliki oleh BUMN yakni PT Pertamina (persero).
Sementara itu, Kartiko menilai, apabila Garuda memang dapat diselamatkan, akan tetap mustahil bagi maskapai tersebut untuk dapat kembali melayani penerbangan jarak jauh, misalnya ke Eropa.