Tertarik ikut?
Kelompok bernama The Satanic Temple (TST) asal Amerika Serikat akan melakukan pertemuan besar-besaran. Konferensi yang diberi nama SatanCon tersebut akan diselenggarakan pada 28 hingga 30 April mendatang.
Belum ada tempat hingga tema acara yang diumumkan untuk konferensi tatap muka tersebut. Namun, tahun lalu, mereka menampilkan panel-panel terkait “Satanisme dan Komunitas BIPOC” serta “Aborsi sebagai Hak (Agama).”
Pada unggahan terbaru dari akun Twitter organisasi yang berbasis di Salem, Massachusetts tersebut, disebutkan SatanCon akan terdiri dari beberapa acara. Mulai dari presentasi, ritual 'Satanic', diskusi dengan panels, penjualan 'Satanic', hingga 'Friday Night Mixer'.
Konferensi kali ini menjadi spesial karena akan merayakan ulang tahun TST yang kesepuluh. Khusus untuk tahun ini, SatanCon didedikasikan untuk Walikota Michelle Wu atas ‘upaya inkonstitusionalnya yang berulang kali untuk menjauhkan TST dari ruang publik’.
Kepada email yang diterima oleh media Globe, kantor pers Walikota setempat menyatakan acara tersebut tidak disponsori oleh Walikota dan kota. Nama Michelle Wu yang merupakan Walikota dibawa ke konferensi tersebut akibat kejadian pada 2016 lalu. Saat itu, TST menyampaikan suatu permohonan yang ditolak oleh Dewan Kota Boston.
Akibatnya, dedikasi kepada Michelle Wu tersebut merupakan upaya untuk menyoroti ‘korupsi yang jelas di pihak Dewan Kota Boston’ karena melanggar kebebasan beragama para pemuja setan. TST juga sedang menggugat Kota Boston karena menolak permintaan doa mereka.
Sebagai informasi, The Satanic Temple adalah sebuah organisasi kelompok agama dan hak asasi manusia monoteistik yang berbasis di Amerika Serikat. Dengan menggunakan citra setan, mereka mempromosikan keadilan sosial serta pemisahan gereja dan negara untuk mendukung misi mereka ‘mendorong kebajikan dan empati semua orang’.
Walau menggunakan citra setan, bukan berarti kelompok tersebut memuja setan, Kawula Muda! Mereka tetap tidak mempercayai eksistensi setan dan hanya menggunakan setan sebagai ‘simbol pemberontakan’. Hal itu digunakan untuk menolak otoritas tirani, mengkritisi gereja dan agama, serta menanggapi ketidakadilan di dunia.
Pada 2012 lalu, kelompok tersebut didirikan oleh Lucien Greaves dan Malcolm Jarry. Mereka kerap menggunakan tipuan teatrikal dan humor untuk mengampanyekan tujuan mereka.