Sistem kekebalan tubuh melemah di masa peralihan musim
Kasus pneumonia misterius atau pneumonia mycoplasma yang diduga dari bakteri mycoplasma dari China dan sempat menjadi kabar yang menggemparkan belum lama ini, telah terdeteksi di Indonesia.
Keberadaan pneumonia misterius tersebut dikonfirmasi oleh Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Ngabila Salama dalam keterangan kepada media.
“(pneumonia misterius) Sudah ada di Jakarta,” ujar Ngabila melalui pesan singkat dikutip dari Kumparan, (5/12/2023).
Kasus ini lebih rawan dijangkit oleh anak-anak. Meski begitu, belum ada detail lanjut anak usia berapa yang terpapar virus tersebut.
Kasus pneumonia pada anak di Jakarta memang tengah meningkat pada Juli 2023, namun untuk mendeteksi jenis pneumonia mycoplasma atau bukan, harus ada pemeriksaan PCR untuk mengetahui jenis kuman, virus, atau bakteri penyebabnya dan melakukan pemeriksaan laboratorium secara spesifik.
"Beberapa dokter terutama dokter anak melakukan pemeriksaan PCR untuk mengetahui spesifik kuman penyebab pneumonia untuk memberikan terapi yang spesifik dan mencegah resistensi antibiotik karena digunakan berlebihan," jelas Ngabila.
Anak-anak yang terjangkit pneumonia mycoplasma mengeluhkan gejala sesak napas karena penyakit ini menginfeksi paru-paru.
Penularan dari pneumonia mycoplasma harus diwaspadai karena kekebalan tubuh manusia berpotensi menurun selama masa peralihan musim seperti saat ini.
Untuk itu, pihak Dinkes Jakarta juga mengimbau bagi masyarakat terutama anak-anak yang sedang sakit untuk tidak keluar rumah.
“Terutama pada yang sedang sakit sebaiknya tidak keluar rumah atau memakai masker di sekolah, ruang kerja, ruang indoor lainnya juga tentunya rutin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun,” ucapnya.
Diketahui, kenaikan kasus mycoplasma pneumonia di China beberapa bulan terakhir menebar kekhawatiran masyarakat global. Ini disebabkan wabah Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan, China.
Dilansir dari NHK, peneliti senior di pusat medis kesehatan masyarakat Universitas Nanjing, Wu Zhiwei menganggap, faktor di balik lonjakan kasus pneumonia mycoplasma adalah banyak orang menjadi kurang kebal terhadap berbagai penyakit menular pasca mengikuti protokol anti-Covid-19.