Semoga fans Indonesia bisa ngerasain di Tanah Air!
Isu datangnya Coldplay yang akan menggelar konser di Indonesia semakin membuat penggemar di Tanah Air semakin penasaran. Berita terebut langsung tersebar luas di platform media sosial.
Apalagi band asal Inggris tersebut saat ini sedang melakukan tur di beberapa kota di dunia yang bertajuk Coldplay: Music of the Spheres World Tour.
Antusiasme penggemar Coldplay dan warganet Indonesia begitu besar walau hanya mendengar rumor tersebut. Pasalnya, konser Coldplay dikenal dengan panggung dan euphoria yang begitu luar biasa, apalagi di konser saat ini yang sedang berjalan, Kawula Muda.
Bahkan, dalam tur Music of the Spheres World Tour, sang vokalis Chris Martin, mengeluarkan pernyataan bahwa ia menggunakan konsep mengurangi emisi CO2 hingga 50 persen.
"Kami mendukung teknologi hijau dan kembangkan metode tur baru yang berkelanjutan dan sangat rendah karbon, jadikan tur ini bermanfaat bagi lingkungan," kata Chris melansir dari laman PLSN, Kamis (13/04/2023).
Kawula Muda, berikut adalah alasan kenapa lo harus nonton konser Coldplay dengan kemegahan konsep panggungnya!
Salah satu aspek yang menyorot perhatian saat menonton konser Coldplay adalah pemilihan tema dalam tur.
“Kami mulai dengan konsep dan narasi menyeluruh. Mengambil titik awal kami sebagai filosofi Music of the Spheres Pythagoras, bahwa matahari, bulan, dan planet menciptakan suara dan harmoni yang tidak dapat didengar oleh manusia, tetapi dapat didengar oleh jiwa kita," kata produser desainer, Misty Buckley.
Selain itu, warna ruang dan benda langitnya pun berlimpah yang membuat sangat cocok untuk pertunjukan Coldplay.
Kata 'Spheres' juga cocok untuk pergerakan cahaya dan arsitektur yang indah. Tim Coldplay mulai memberi nama posisi pencahayaan kami seperti 'aura planet', 'terbit bulan', 'cakrawala', dan seterusnya. Semuanya terasa sangat kosmik dan membantu penonton tenggelam dalam tema produksi.
Buntut dari tema konser tentang planet, Coldplay meminta pementasan dibuat menggunakan kombinasi bahan ringan, rendah karbon, dan dapat digunakan kembali, termasuk baja daur ulang demi mengurangi pemanasan global.
Termasuk membangun tiga panggung Mag Deck melingkar, sesuai dengan tema planet berbentuk bola. Panggung ini dihubungkan dengan sebuah panggung memanjang agar Chris Martin lebih mudah berinteraksi dengan penonton.
Panggung utama (A) dan panggung (B) menampilkan sayap pemandangan khusus, sedangkan panggung (C) menggunakan dek video LED khusus.
Salah satu elemen dari desain pertunjukan dari bola LED speheres, dibangun dengan teknologi inovatif yang dikembangkan oleh Frederic Opsomer dari PRG Project. Lampu tersebut dibuat seperti layar yang seolah-olah sedang terbang di atas penonton.
Para tim juga sangat memikirkan bagaimana memberikan pencahayaan dengan mendetail.
“Tim kami sangat kolaboratif. Kami memiliki dialog yang sangat aktif mengenai konten, warna, kapan memberi dan menerima pencahayaan dan video, bentuk apa yang digunakan, dan sebagainya. Ada dokumen yang sangat mendetail yang terus berkembang selama proses yang kami rujuk. Pada akhirnya, kami mengembangkan seni pertunjukan yang bagus."
Menggunakan gelang LED dalam sebuah konser bukanlah hal baru. Sama halnya pada Coldplay yang telah menggunakan gelang interaktif sejak Mylo Xyloto Tour di 2012.
Namun, pada konser tur kali ini, mereka baru menggunakan gelang 7-LED, yang dikembangkan dengan ramah lingkungan dan memberikan pengalaman cahaya yang impresif.
Perusahaan menyatakannya sebagai gelang plastik berbasis tanaman yang dapat dikomposkan pertama di dunia.
Setelah penonton selesai menonton konser, selubung plastik di wristband dilepas dan dapat terurai dalam kompos industri atau kompos biasa.
Nantinya, gelang akan menyala, tersinkronisasi di beberapa lagu saat Coldplay bermain, apalagi saat lagu hit mereka dinyanyikan.
Penggunaan laser, kembang api, konfeti, balon, dan api disiapkan oleh arahan David Kennedy dari Strictly FX.
“Kami memilih menggunakan cahaya efek pyro untuk menyeimbangkan penampilan, yang kami inginkan dengan menghindari hal tertentu yang kurang ramah lingkungan karena bahan kimianya. Ini berkaitan dengan perolehan bahan kimia dan komponen daripada dampak lingkungan sebenarnya dari pyro itu sendiri. Kembang api tidak berdampak negatif terhadap lingkungan seperti yang mungkin dipikirkan orang pada awalnya," katanya.
Untuk laser, mereka menggunakan penurunan penggunaan daya dan dampak lingkungan selama beberapa tahun.
Untuk confetti, David memilih menggunakan dengan berupa kertas yang bisa sepenuhnya dapat terurai. "Blower confetti yang kami gunakan setengah dari gas, jauh lebih sedikit tenaga kerja dan ketinggian gumpalan confetti sekitar 90% dari sebelumnya, dan itu terlihat fantastis."
Konser Internasional sudah tak asing jika dipenuh oleh penggemar. Begitu pula dengan konser Coldplay yang melihat lautan penggemar dengan cara yang berbeda, selangkah lebih maju dari musisi lainnya. Dalam konser "Music of the Spheres" Coldplay mengajak para penggemar untuk berdansa di atas 'lantai kinetik' yang mana ketika penonton menari di atasnya, lantai tersebut akan menghasilkan energi selama konser tersebut berlangsung.
Enggak hanya itu, tim dari band asal Inggris ini juga menyediakan sepeda yang bisa digunakan di tempat, di dalam venue konser untuk menciptakan energi hijau. Keren banget ya, Kawula Muda!
Semoga fans di Indonesia bisa merasakan konser Coldplay di Tanah Air, ya!