Hai Kawula Muda, Indonesia telah memulai vaksinasi Covid-19.
Presiden Joko Widodo hari ini resmi menjadi orang Indonesia pertama yang menerima suntikan vaksin Covid-19.
Bertempat di Istana Kepresidenan Jakarta, Jokowi bersama sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju diberikan suntikan dosis pertama vaksin Sinovac, kecuali Wakil Presiden Ma’aruf Amin karena faktor usia.
Dalam vaksinasi kelompok pertama ini, pemerintah sudah membuat daftar prioritas penerima vaksin. Mereka adalah para tenaga kesehatan (nakes), asisten nakes, tenaga penunjang yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan, TNI/Polri, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lain.
Pemerintah menargetkan setidaknya 70 persen warga Indonesia atau sekitar 182 juta jiwa harus diberi vaksin agar terbentuk kekebalan populasi atau herd immunity.
BPOM juga sudah mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) vaksin Sinovac dan menyebutkan memiliki efikasi sebesar 65,3 persen.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, mengatakan vaksinasi Covid-19 dilangsungkan dalam tiga sesi di Istana Merdeka, Jakarta, Jakarta, Rabu (13/1/2021).
Pada sesi pertama, ada nama Jokowi hingga selebritas Raffi Ahmad yang menjadi perwakilan dari masyarakat mewakili kaum milenial yang diharapkan menjadi inspirasi bagai seluruh masyarakat Indonesia.
Berikut daftar nama penerima vaksin Covid-19 di Istana Merdeka.
Sesi 1
Sesi 2
Sesi 3
Melalui Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo, Jokowi menyampaikan pesannya bahwa meskipun proses vaksinasi dimulai hari ini, dia tetap mewanti-wanti masyarakat soal protokol kesehatan.
“Dalam berbagai kesempatan, Presiden selalu ingatkan para Menteri, khususnya Kasatgas Covid-19. Adanya vaksin ini jangan sampai membuat kita kendor. Vaksin ini harus diimbangi kepatuhan protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarang, dilarang berkerumun, dan mencuci tangan,” kata Doni dalam konferensi pers yang digelar Senin (12/1/2021).
Vaksinasi Covid-19 harus tetap diselaraskan dengan disiplin penerapan protokol kesehatan.
“Tak cukup hanya diri sendiri, tapi harus dikembangkan ke seluruh masyarakat sekitar kita,” ujar Doni.