Semoga bisa diantisipasi ya, Kawula Muda!
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin, mengatakan 20 peresen atau lebih dari 30 ribu perajin tahu dan tempe Indonesia berhenti berproduksi.
"Jumlah perajin tahu tempe mencapai 160 ribu yang rumahan, sekarang kurang lebih 20% atau 30 ribu perajin berhenti produksi karena kenaikan harga," kata Aip, dalam konferensi pers virtual bersama Kementerian Perdagangan dan Akindo, Jumat (11/2/2022) dikutip dari CNBC, Selasa (15/02/2022).
Hal itu dikarenakan terjadinya lonjakan harga kedelai global. Data Bloomberg menemukan harga kedelai kini berada di level 15,86 Dolar AS per bushel (sekitar 27,21 kg). Angka tersebut naik 0,62 persen jika dibandingkan harga normal kedelai.
Indonesia, sebagai negara pengimpor kedelai, tentu akan terkena dampak naiknya harga kedelai tersebut. Karena itulah, harga tahu hingga tempe diperkirakan akan melambung tinggi dalam beberapa bulan ke depan.
Harga tahu diperkirakan akan mencapai 53.600 per papan, sedangkan harga tempe dapat mencapai 10.600 per kg.
Laman IDXChannel pun telah melakukan pemantauan dan beberapa wawancara dengan produsen tahu tempe. Salah satunya, Kaidah (61) mengaku mulai kewalahan akan kenaikan harga kedelai. Padahal, ia masih menjual tahu tempe dengan harga yang sama.
Walaupun begitu, produsen tahu tempe tersebut mengaku tengah mempertimbangkan pengecilan ukuran tahu tempe mengingat harga kedelai yang meroket.
“Kalau gak mau dinaikkan ya ukurannya dikecilin, kalau gak, ada pedagang yang kulit tempenya dicampur ke tempenya, cuma itu cepat busuk. Tapi kalau saya kulitnya saya buang," jelasnya dikutip dari IDXChannel pada Selasa (15/02/2022).