Kawula Muda, udah pernah dengar tuduhan perampasan budaya?
Dalam beberapa tahun terakhir, penyanyi pemenang Grammy Awards, Bruno Mars, dituduh melakukan perampasan budaya (cultural appropriation) melalui karyanya.
Kritikus menyebutkan bahwa Bruno Mars menggunakan ambiguitas ras untuk mengambil keuntungan dari musik kulit hitam.
Padahal, Bruno Mars dikatakan tidak termasuk dalam ras kulit hitam. Ibunya berasal dari Filipina, sementara ayahnya adalah campuran Puerto Rico dan Yahudi Ashkenazi.
Akibat hal tersebut, Bruno Mars memberikan klarifikasi dalam sesi wawancara The Breakfast Club bersama rekannya di band Silk Sonic, Anderson .Paak.
Bruno mengklaim bahwa dirinya selalu memberikan kredit kepada musisi pop, R&B, dan funk yang menjadi inspirasi dalam karyanya. Ia juga mengatakan bahwa tidak ada hal lain di balik karyanya selain kecintaan pada musik-musik tersebut.
“Musik ini berasal dari cinta. Namun, jika kalian tidak bisa mendengarnya, saya juga tidak bisa mengatakan apa pun,” ujar Bruno dalam wawancaranya.
Pada 2018, penulis dan aktivis bernama Seren Sensei pernah mangatakan bahwa Bruno Mars hanya me-remake karya-karya musisi terdahulu.
Ia tidak menciptakannya, memperbaikinya, atau membuatnya menjadi lebih baik. Di sisi lain, Bruno mengklaim bahwa ia hanya mengambil inspirasi dari karya-karya tersebut.
“(Lagipula) apa gunanya menjadi musisi jika tidak bisa mengambil inspirasi dari musisi-musisi terdahulu?” ujar Bruno.
Bruno pun berharap, musisi-musisi di masa mendatang akan mengambil inspirasi dari karyanya seperti halnya ia mengambil inspirasi dari karya-karya musisi sebelumnya.