Mirip aplikasi oren yang satu lagi ya
Belakangan ini, aplikasi belanja online asal China, Temu, lagi ramai dibicarakan di Indonesia, Kawula Muda.
Platform ini dikenal karena nawarin barang-barang dengan harga yang super murah, dan karena itu banyak yang menganggap kehadirannya bisa jadi ancaman serius buat keberadaan UMKM lokal.
Banyak pihak yang khawatir kalau Temu tidak dikontrol, UMKM kita bakal kesulitan bersaing.
Menkominfo, Budi Arie Setiadi, sebelumnya sudah tegas banget soal ini.
Dia bilang tidak ada ruang buat Temu di Indonesia karena e-commerce ini bisa 'membunuh' usaha kecil menengah yang selama ini jadi tulang punggung ekonomi lokal.
Harga barang yang jauh lebih murah bikin UMKM nggak bisa bersaing, dan itu bisa ngehancurin sektor usaha kecil.
"Kita tetep bakal larang [Temu beroperasi di Indonesia]. Kalau dibiarin, UMKM kita bisa hancur," ujar Budi Arie di Kantor Kominfo, dikutip dari CNN Indonesia pada Sabtu (05/10/2024).
Temu menawarkan produk-produk dengan harga yang super miring karena mereka pakai model bisnis Factory to Consumer (F2C).
Jadi, barang-barangnya langsung dikirim dari pabrik ke konsumen, tanpa perlu lewat perantara seperti reseller, affiliator, atau pihak ketiga.
Dengan rantai pasok yang lebih simpel, harga jualnya jadi jauh lebih murah dibanding e-commerce lainnya.
Nah, justru inilah yang bikin Temu dianggap lebih bahaya buat UMKM, Kawula Muda.
Karena dengan harga yang kelewat murah, UMKM lokal jadi susah bersaing. Produk-produk dari Temu bisa langsung dapar perhatian konsumen, sementara usaha kecil yang mengandalkan reseller dan margin tipis jadi ketinggalan.
"Kita nggak bakal kasih kesempatan. Kalau aplikasi kayak gini bikin masyarakat rugi, ya nggak ada gunanya. Ruang digital itu harusnya bikin orang lebih produktif dan menguntungkan. Kalau malah bikin UMKM dan konsumen terpuruk, buat apa kita biarin," lanjutnya.
Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM, potensi ekonomi digital buat UMKM di Indonesia diprediksi bisa mencapai Rp 4.531 triliun di tahun 2030.
Angka tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran dunia digital dalam mendukung perkembangan UMKM.
Lewat platform online dan teknologi digital, UMKM bisa lebih luas jangkauannya, dapat lebih banyak konsumen, dan terus berkembang.
Tapi, ancaman muncul kalau platform kayak Temu dikasih ruang buat beroperasi di Indonesia.
Dengan harga produk yang super murah, barang-barang impor yang murah ini bisa bikin konsumen lebih milih beli dari Temu, sementara usaha kecil yang jualan produk lokal makin terjepit.
Kalau sudah gitu, proyeksi ekonomi digital yang tadinya besar bisa turun drastis.
Bukan cuma itu, efek lainnya bisa lebih parah lagi. Kalau UMKM pada goyah karena nggak bisa bersaing, bakal ada risiko besar terjadi PHK massal di sektor industri pengolahan.
Sektor ini kan selama ini sangat bergantung sama UMKM buat rantai pasok mereka. Jadi kalau UMKM tumbang, dampaknya bakal dirasakan banyak pekerja yang terancam kehilangan pekerjaan.
Ini sebabnya kenapa pemerintah sangat waspada dan nggak mau sembarangan kasih izin platform kayak Temu beroperasi di Indonesia, demi melindungi UMKM lokal dan sektor pekerjaan yang terlibat.
Dilansir dari USAToday, Temu, platform e-commerce berbasis di Boston, AS, diluncurkan pada Agustus 2022.
Mirip platform lain, Temu jual berbagai produk seperti elektronik dan pakaian, tapi langsung terhubung ke 80 pabrik di China.
Sebagai informasi, Temu sudah tiga kali coba masuk ke Indonesia tapi gagal, salah satunya karena nama "Temu" udah dipakai di sini.