Para pemilik warteg mau tidak mau harus menaikkan harga makanan usai pemerintah menaikkan harga BBM
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diumumkan pada Sabtu (3/9/2022) oleh Presiden Joko Widodo memiliki dampak yang cukup signifikan. Sejumlah barang dan jasa juga mengalami kenaikan harga imbas kenaikan harga BBM tersebut.
Di sektor transportasi misalnya, kenaikan tarif angkutan umum perkotaan (angkot) tidak dapat dihindari. Angkutan umum yang menggunakan bahan bakar minyak menjadi salah satu yang mendapatkan dampak yang besar.
Dilansir dari Kompas.com, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bekasi Indra Hermawan mengatakan, kenaikan tarif angkutan umum sebesar Rp 500 hingga Rp 1.000.
Selain transportasi publik, kenaikan tarif juga bisa dialami oleh jasa pengantar paket. Hal tersebut bisa terjadi lantaran harga solar yang naik dari Rp. 5.150 menjadi Rp. 6.800 per liter.
Dikutip dari Pontianak Post, jasa transportasi angkutan barang atau ekspedisi di Kalimantan Barat berencana akan menaikkan tarif hingga 30 persen dari tarif sebelumnya.
Selain sektor transportasi, kenaikan juga dialami di sektor pangan. Para pemilik warteg mau tidak mau harus menaikkan harga makanan usai pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, solar, dan Pertamax.
Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni.
"Kami mulai menghitung berapa harga menu warteg yang harus dinaikkan. Kalau cabai bisa substitusi (diganti) dengan cabai kering, kalau BBM naik semua mengerek naik," kata Mukroni, dikutip dari Tribun Jakarta, Minggu (4/9/2022).
Kenaikan harga BBM jelas mempengaruhi hampir seluruh lapisan masyarakat. Kenaikan tersebut memiliki efek domino sehingga menaikkan sejumlah harga barang dan jasa, juga menaikkan tingkat inflasi.