Kalau di Indonesia kaya gini, tanggapan lo gimana, Kawula Muda?
Kawula Muda, pernah bayangin nggak sih kalau kerja cuma 4 hari dalam seminggu?
Kalau dulu kita pasti terbiasa dengan 5 hari kerja, nah, sekarang beberapa negara sudah mulai mencoba kebijakan empat hari kerja, yang bikin waktu kerja jadi lebih singkat tapi tetap dengan gaji dan manfaat yang sama. Keren, kan?
Jadi, sebenarnya, kebijakan ini bukan hal baru. Karena kini semakin banyak negara yang tertarik mencobanya, terutama setelah pandemi Covid-19.
Pandemi membuat banyak orang berpikir ulang soal bagaimana mereka bekerja, seberapa penting fleksibilitas, dan apakah keseimbangan kerja dan hidup bisa diperbaiki.
Makanya, beberapa negara mulai serius menguji coba sistem kerja 4 hari seminggu ini, dengan tujuan supaya pekerja lebih bahagia dan produktif.
Pekerja tetap dapat gaji yang sama, tetapi jam kerja per hari jadi lebih panjang, sekitar 10 jam.
Banyak perusahaan jadi lebih efisien, rapat jadi lebih sedikit, dan pekerja juga punya waktu lebih banyak untuk hidup pribadi mereka.
Banyak negara yang mencoba sistem ini dengan program percontohan yang dikenal dengan nama 100-80-100.
Sederhananya, pekerja tetap mendapat 100% gaji, bekerja 80% dari jam kerja normal, dan tetap bisa menjaga 100% produktivitas.
Berikut beberapa negara yang sudah menguji coba atau menerapkan kebijakan empat hari kerja:
Sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023, Australia sudah mencoba kebijakan empat hari kerja lewat program percontohan.
Tapi nggak semua sektor langsung ikut, cuma sekitar 20 perusahaan di berbagai bidang seperti keuangan, teknologi, dan kesehatan mental yang jadi peserta.
Belgia mulai menerapkan kebijakan empat hari kerja pada Februari 2022. Mereka mengikuti skema 4/10, artinya pekerja bekerja 10 jam sehari, tapi tetap dengan 40 jam kerja seminggu.
Yang menarik, kalau pekerja matiin perangkat digital atau nggak ngebales pesan selama libur, itu sah-sah aja!
Di Kanada, provinsi Nova Scotia mencoba kebijakan empat hari kerja, dan hasilnya cukup memuaskan.
Banyak pekerja yang merasa lebih produktif dan puas dengan jadwal kerja yang lebih fleksibel.
Bahkan beberapa perusahaan seperti Alida Inc. dan Juno College sudah menerapkan kebijakan ini duluan.
Pada Agustus 2019, Perdana Menteri Finlandia mengusulkan kebijakan ini. Tapi, sayangnya kebijakan tersebut cuma berupa seruan dan belum diterapkan secara resmi di seluruh negara.
Meski begitu, ini jadi awal yang baik untuk menjajaki kemungkinan penerapan kebijakan serupa.
Jerman sudah mulai menerapkan kebijakan empat hari kerja di lebih dari 150 perusahaan. Hasilnya, sekitar 71% perusahaan yang coba kebijakan ini merasa puas dengan hasilnya.
Keinginan untuk melanjutkan kebijakan ini juga cukup besar, walaupun nggak semua perusahaan ikut.
Inggris menjadi salah satu negara yang sukses dengan kebijakan empat hari kerja lewat program percontohan yang dimulai pada Juni 2022.
Ada sekitar 70 perusahaan dan 3.300 pekerja yang ikut serta.
Setelah enam bulan berjalan, sekitar 88% responden merasa program ini berjalan dengan baik, dan 86% ingin kebijakan ini diteruskan.
Banyak serikat pekerja yang mendukung kebijakan ini karena terbukti bisa meningkatkan kepuasan dan produktivitas pekerja.
Pekerja jadi punya lebih banyak waktu untuk keluarga, hobi, atau istirahat, yang tentu aja bikin mereka lebih fresh dan semangat kerja.
Selain itu, dengan lebih sedikit rapat dan lebih banyak kerja mandiri, perusahaan bisa jadi lebih efisien, loh!
Tren kebijakan empat hari kerja memang masih dalam tahap eksperimen di banyak negara, tapi hasilnya sangat menjanjikan.
Banyak perusahaan dan pekerja merasa kebijakan ini bisa membawa keuntungan bagi kedua belah pihak.
Keseimbangan kerja-hidup bisa lebih baik, dan produktivitas pun tetap terjaga.
Gimana, siap nggak kalau negara kita ikut mencoba kebijakan ini?