Kawula Muda, setelah kabarkan bulan pertamanya akan segera dioperasikan, kali ini China nyalakan "matahari buatan"nya.
China berhasil menyalakan matahari buatan untuk pertama kalinya. Matahari buatan tersebut berasal dari reaktor fusi nuklir.
Pengoperasian fusi nuklir dari reaktor yang bernama HL-2M Tomakakini menjadi eksperimental penelitian terbesar dan tercanggih di China.
Dilansir dari People's Daily, reaktor tersebut menggunakan medan mangnet yang kuat untuk memadukan plasma panas dan dapat mencapai suhu lebih dari 150 juta derajat celcius atau 10 kali lebih panas daripada matahari sebenarnya.
Menurut India Times, reaktor HL-2M dapat menggandakan cara matahari menghasilkan panas atau energi dengan menggunakan gas hidrogen dan deuterium sebagai bahan bakar.
Rahasia di balik reaktor HL-2M mampu menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan matahari yaitu karena alat tersebut menggunakan medan magnet kuat dan memadukannya dengan plasma panas.
Para ilmuan di China ini berharap hasil penelitiannya ini akan berpotensi membuka sumber energi bersih yang kuat.
China berencana untuk melepaskan teknologi fusi nuklir ini untuk keperluan komersial dan dalam skala besar pada 2050 mendatang.
Proyek matahari buatan ini tidak dilakukan oleh China semata. China menggandeng Amerika Serikat, India, Jepang, Rusia, dan Korea Selatan. Pembuatan matahari buatan ini menelan dana sebesar 22,5 miliar dolar AS.
Selain matahari buatan, Negeri Panda ini juga mengemas proyek bulan buatan. Dilansir dari Time pada 2018, ilmuwan China berencana meluncurkan bulan buatannya ke orbin pada 2020.
Para ilmuan berharap bulan buatan ini bisa berdiri di atas Kota Chengdu, ibu kota Provinsi Sichuan. Benda tersebut pada dasarnya ialah satelit yang diterangi dan memiliki lapisan reflektif untuk mengirimkan sinar matahari kembali ke bumi.
Ilmuwan mengharapkan bulan buatan tersebut bisa menjadi penerang lampu jalan pada malam hari.
Bulan buatan tersebut diperkirakan bisa delapan kali lebih terang dibandingkan bulan sesungguhnya. Bulan buatan juga bisa mengorbit lebih dekat ke bumi sekitar 500 km, sedangkan bulan sesungguhnya hanya mengorbit dengan jarak ke bumi sekitar 380.000 kilometer.
Kepala Masyarakat Ilmuwan di area Tian Fu New, Wu Chunfeng, menyatakan bahwa bulan buatan ini diperkirakan bisa menghemat biaya listrik di Kota Chengdu hingga 173 dolar AS atau setara Rp 2,4 triliun.
Ilmuwan mereka juga mengharapkan bahwa keberadaan bulan buatan bisa menerangi langit saat terjadi mati lampu atau bencana alam. China rencakaan bulan ini akan siap diluncurkan pada 2022.