CEO Telegram, Pavel Durov Ditangkap di Bandara Perancis, Ini Alasannya!

Buruan simpen data penting kalian di telegram, Kawula Muda!

CEO Telegram, Pavel Durov Ditangkap di Bandara Paris (Steve Jennings/Getty Images)
Mon, 26 Aug 2024

Pavel Durov, miliarder asal Rusia yang merupakan pendiri sekaligus CEO aplikasi Telegram, telah ditangkap, Kawula Muda.

Dia ditangkap di sebuah bandara di utara Paris berdasarkan surat perintah terkait pelanggaran yang berkaitan dengan aplikasi tersebut.

Durov, berusia 39 tahun, lahir di Rusia dan sekarang tinggal di Dubai, tempat kantor Telegram berada. Dia memiliki kewarganegaraan Uni Emirat Arab dan Prancis.

Kasus ini berhubungan dengan kurangnya moderasi. Durov dituduh nggak melakukan tindakan untuk menghentikan penggunaan Telegram yang terlibat dalam aktivitas kriminal. 

Aplikasi ini juga dikritik karena dianggap tidak sesuai dengan regulasi hukum soal perdagangan narkoba, konten seksual anak, dan penipuan.

Regulator Uni Eropa belakangan ini memperkuat upaya untuk menindak platform online dalam rangka memerangi disinformasi dan konten ilegal.

Kedutaan Besar Rusia di Prancis mengonfirmasi penahanan Durov pada hari Minggu (25/08/2024) dan menyebutkan bahwa mereka sudah menghubungi pengacara Durov.

Telegram juga memberikan pernyataan di akun resmi X/Twitter bahwa moderasi Telegram sudah sesuai dengan standar industri dan terus mengalami peningkatan.

"Tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa sebuah platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut. Hampir satu miliar pengguna di seluruh dunia menggunakan Telegram sebagai alat komunikasi dan sumber informasi penting," kata pernyataan aplikasi tersebut. 

"Kami menunggu penyelesaian yang cepat dari situasi ini. Telegram bersama Anda semua," lanjutnya.

Durov dan saudaranya, Nikolai Durov, meluncurkan Telegram pada tahun 2013. Sejak itu, aplikasi ini berkembang pesat dan kini memiliki sekitar 900 juta pengguna aktif di seluruh dunia.

Telegram, yang berbasis di Dubai, didirikan setelah Durov meninggalkan Rusia pada tahun 2014. 

Keputusan ini diambil setelah dia menolak untuk memenuhi tuntutan pemerintah Rusia yang meminta agar dia menutup komunitas oposisi di platform media sosial VK miliknya, yang telah dia jual.

Telegram, yang merupakan aplikasi pesan terenkripsi, memiliki hampir 1 miliar pengguna dan sangat berpengaruh di negara-negara seperti Rusia, Ukraina, serta republik-republik bekas Uni Soviet. 

Dengan pertumbuhan pesatnya, Telegram kini berada di deretan platform media sosial utama, bersaing dengan nama-nama besar seperti Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, TikTok, dan WeChat. 

Kekuatan dan jangkauan Telegram menjadikannya sebagai alat komunikasi yang signifikan, terutama di wilayah-wilayah yang sebelumnya berada di bawah pengaruh Uni Soviet.

Berita Lainnya