Kawula Muda, stay safe dan selalu patuhi protokol kesehatan ya!
GeNose 19 disebut sebagai alat pendeteksi awal seseorang terkena Covid-19.
Meskipun demikian, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Prof Bambang Brodjonegoro memaparkan bahwa GeNose 19 belum dapat dijadikan tolok ukur yang akurat seseorang terkena virus Covid-19.
Alat ini juga masih belum bisa menggantikan tingkat akurasi tes swab PCR karena hanya digunakan sebagai saringan atau screening awal.
“Oleh karena itu jika hasil tes screening GeNose seseorang positif, perlu dilakukan tes PCR untuk memastikan apakah seseorang itu terjangkit atau tidak agar hasil test PCR lebih akurat,” Ujar Bambang Brodjonegor dalam keterangan resmi pada Rabu (3/2/2021).
Cara kerja GeNose 19 adalah dengan melalui udara pada kantung khusus yang dianalisis oleh Artificial Intelligence (AI). Alat ini mampu mendeteksi Volatile Organic Compound yang ada pada napas.
GeNose memiliki tingkat akurasi 93-95 persen, sensivitas pengetesan 89-92 persen, dan spesifitas 95-96 persen. GeNose merupakan inovasi dari Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 dan berada di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN.
GeNose dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk deteksi yang lebih cepat. Hasil dari tes GeNose ini tergolong cepat yaitu sekitar 3 menit dan bisa digunakan lebih dari 100.000 kali.
GeNose akan didistribusikan dengan harga eceran Rp 62 juta per unit dan akan dikelola oleh PT Swayasa Prakasa. GeNose sendiri akan diterapkan di stasiun kereta api dan akan diimplementasikan di bandara.