Stay safe ya, Kawula Muda!
Organisasi Kesehatan Dunia WHO mencatat cacar monyet telah terkonfirmasi di 23 negara non-endemik dengan total 257 kasus.
“Sejak 2017, beberapa kematian akibat cacar monyet di Afrika Barat terkait dengan usia muda dan infeksi HIV yang tidak diobati,” tutur WHO dikutip dari CNN.
WHO pun menyebut tingkat infeksi penyakit tersebut sebenarnya belum terlalu tinggi di tengah masyarakat global.
Namun, WHO tetap mendesak penyedia layanan kesehatan untuk memperhatikan kemungkinan-kemungkinan gejala. Sebut saja ruam, demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, sakit punggung, nyeri otot, maupun lemas.
Hal itu dikarenakan risiko kesehatan masyarakat bisa meninggi apabila virus tersebut semakin menyebar. Terutama, apabila virus Monkeypox tersebut telah menginfeksi anak-anak maupun orang dengan gangguan kekebalan tubuh.
WHO pun turut menyoroti adanya penularan di antara pria homoseksual. Walau begitu, WHO tetap mengingatkan masyarakat untuk tidak melabeli kelompok homoseksual.
Sekadar informasi, cacar monyet adalah penyakit infeksi langka yang disebabkan oleh virus Monkeypox.
Pada awalnya, seseorang yang terinfeksi virus ini biasanya merasakan gejala ringan layaknya flu biasa. Namun, gejala tersebut dapat semakin berkembang sehingga menimbulkan ruam maupun lesi yang dapat melepuh.
Sejauh ini, WHO mengetahui bahwa penyakit ini biasanya berlangsung selama 2 hingga 4 pekan, dan dapat menyebar lewat kontak dekat dengan pasien lainnya.