Kok bisa?
Salju Abadi di Puncak Jayawijaya, Pegunungan Cartenz, Papua dilaporkan tengah mengalami pencairan dan menuju kepunahan.
Dilansir dari Papua Times, Salju abadi di Puncak Jayawijaya mencair ini dikabarkan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati dalam seminar "Salju Abadi Menjelang Kepunahan: Dampak Perubahan Iklim?" di Jakarta pada Selasa, (22/08/2023).
Menurut Dwikorita, kondisi mencarinya salju abadi di Puncak Jayawijaya, Pegunungan Cartenz, Papua itu diakibatkan oleh dampak perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi di seluruh dunia. Hal ini bisa terjadi di tahun 2026.
Diketahui, seiring perubahan iklim yang terjadi di dunia, pada tahun 2015 lalu, terdapat penurunan ketebalan es sebanyak satu meter per tahunnya.
Kondisi semakin memburuk di tahun 2015 hingga 2016, dengan Indonesia dilanda oleh El Nino (Pemanasan suhu muka laut), sehingga suhu permukaan menjadi lebih hangat dan mengakibatkan gletser mencair hingga lima meter per tahunnya.
Dilansir dari Detik, Dwikorita menyebutkan fenomena El Nino kembali terjadi di tahun ini, yang berpotensi mempercepat mencairnya es salju abadi di Puncak Jaya. Hal itulah yang memiliki dampak besar bagi berbagai aspek kehidupan di wilayah tersebut.
“Fenomena El Nino tahun 2023 ini berpotensi untuk mempercepat kepunahan tutupan es Puncak Jaya,” ucap Dwikorita.
"Ekosistem yang ada di sekitar salju abadi menjadi rentan dan terancam. Perubahan iklim juga berdampak pada kehidupan masyarakat adat setempat yang telah lama bergantung pada keseimbangan lingkungan dan sumber daya alam di wilayah tersebut," lanjut Dwikorita.
Diketahui, per tahun 2015 hingga 2022, penurunan es semakin terus terjadi. BMKG mencatat bahwa pada periode itu, ketebalan es mencair sebanyak 2,5 meter per tahun, dan diperkirakan yang tersisa pada ketebalan es di Desember 2022 itu hanya 6 meter.
Sehingga muncul kekhawatiran salju abadi di Puncak Jayawijaya Papua akan mencair dengan cepat dan hilang pada sekitar tahun 2025-2027.
Terdapat beberapa penyebab dari mencairnya es tersebut seperti adanya peningkatan tinggi pada permukaan laut secara global. Oleh karena itu, perlu dilakukannya upaya mitigasi pada perubahan iklim yang dapat dilakukan dengan pengurangan emisi gas rumah kaca dan membangun energi terbaru, sebagai langkah penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Namun, upaya itu tidak bisa dikerjakan sendiri. Dibutuhkan adanya kemauan dan kesadaran dari seluruh pihak yang saling bekerja sama untuk melakukan aksi-aksi nyata dalam melakukan mitigasi perubahan iklim yang terjadi di dunia, khususnya di Indonesia.