Hai Kawula Muda, Indonesia masih terus mengheningkan cipta. Ayo lebih peduli dan taat protokol kesehatan!
Indonesia masih terus mengheningkan cipta. Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) kembali mengumumkan data tenaga medis dan kesehatan (nakes) yang gugur akibat terpapar virus corona SARS-CoV-2.
Hingga hari ini, Selasa (15/12/2020), PB IDI melaporkan sebanyak 363 nakes meninggal akibat Covid-19 sejak awal pandemi terjadi di Indonesia pada Maret 2020. Jumlah data tersebut terdiri dari 202 dokter, 15 dokter gigi, dan 146 perawat.
Adapun para dokter yang meninggal terdiri dari 107 dokter umum (4 guru besar), dan 92 dokter spesialis (7 guru besar), serta 2 residen, dan 1 masih dalam verifikasi. Seluruhnya berasal dari 24 IDI Wilayah atau provinsi, dan 92 IDI cabang Kota/Kabupaten.
Dari angka kematian 202 dokter, PB IDI merinci 101 dokter meninggal dalam kurun waktu enam bulan, yakni Maret hingga Agustus 2020. Sementara 101 dokter lainnya meninggal dalam kurun waktu empat bulan, yakni mulai September hingga 15 Desember 2020.
Disebutkan oleh Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi, November terjadi rekor jumlah kematian dokter yakni mencapai 32. Bahkan, 16 di antaranya meninggal pada pekan terakhir November 2020. Rekor 32 kasus kematian dalam sebulan juga sempat terjadi pada Agustus 2020.
Bila dirinci, pada Maret tercatat 12 kematian dokter, April 13 dokter, Mei 6 doktre, Juni 11 dokter, Juli 27 dokter, Agustus 32 dokter, September 28 dokter, Oktober 24 dokter, November 32 dokter, dan Desember hingga tanggal 15 telah tercatat 10 kematian dokter.
Adib mengungkapkan, kenaikan jumlah kematian dokter tersebut disinyalir sebagai salah satu dampak dari peningkatan jumlah penderita Covid-19, baik yang dirawat di rumah sakit maupun penyintas Covid-19 orang tanpa gejala (OTG) yang menjalani isolasi mandiri.
Selain itu, diperkirakan, pilkada serentak yang digelar pada 9 Desember 2020 berpotensi menyebabkan fluktuasi naiknya angka penularan Covid-19 di Tanah Air. Hal itu juga terjadi pada efek libur panjang pada akhir Oktober 2020 yang berdampak menaiknya grafik penularan yang sebelumnya sempat menurun.
“Kami mengimbau masyarakat dan kepala daerah serta pendukungnya untuk menghindari proses aktivitas yang melibatkan berkerumunan massa. Bagi setiap orang untuk memeriksakan kesehatannya apabila terdapat gejala, dan melakukan tes meskipun juga tanpa gejala,” kata Adib menegaskan.