Padahal, negara tersebut dikenal dengan taatnya aturan berpakaian untuk wanita.
Ibu kota Arab Saudi, Riyadh, tersorot memiliki tampilan baru. Kota tersebut terlihat sudah tidak terbebani aturan ketat tentang berpakaian, Kawula Muda.
Sebagai contoh di Bandara Internasional King Khalid Riyadh, pria dan wanita mengantre di jalur yang sama di bea cukai tanpa adanya pemisah. Mayoritas wanita tidak bercadar dan beberapa tidak memakai Abaya, pakaian khas perempuan kawasan Teluk Arab yang sebelumnya wajib di Arab Saudi.
Perubahan aturan seperti keterbukaan di Riyadh ini pastinya sudah mengubah tatanan kehidupan sehari-hari warga secara signifikan.
"Mengunjungi Arab Saudi adalah pengalaman yang berbeda pada tahun 2008 dibandingkan saat ini," terang turis asal Mesir yang berkunjung ke Jeddah, Samia, tulis The National, melansir laman Detik, Kamis (05/01/2023).
"Pada 2008, Saudi merupakan aturan ketat dengan mewajibkan mengenakan abaya dan kerudung serta pemisahan jenis kelamin yang mencolok," tambahnya.
Mengutip pada CNBC Indonesia, keterbukaan Arab bermula dari visi Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) pada tahun 2016. Ia memperkenalkan sejumlah proyek dan inisiatif transformasionalis untuk mendorong kemajuan negara.
Rata-rata wanita di sana memang tetap memakai hijab, namun ada yang memilih untuk tidak menutupi rambut mereka.
Selain itu, pada 2018, MbS juga memperbolehkan perempuan tak memakai abaya ataupun hijab asal tetap berpakaian sopan.
"Keputusan sepenuhnya diserahkan kepada perempuan untuk memutuskan jenis pakaian yang layak dan terhormat yang dia pilih untuk dikenakan," kata MbS, seperti pada laman Detik.
Beberapa kebijakan di antaranya melonggarkan aturan bagi perempuan, mulai dari boleh bepergian sendiri tanpa mahram, tinggal sendiri, hingga bisa bekerja di ruang publik.
Banyak menyebut, hal tersebut lantaran MbS membuat Visi 2030. Visi tersebut dibuat untuk menggenjot pariwisata dan kunjungan warga negara asing.
Melihat keterbukaan Arab yang beda kayak gini, apa pendapat lo Kawula Muda?