Angka Kelahiran Menurun, BKKBN Minta Satu Pasangan Lahirkan 1 Anak Perempuan

Jadi 2 anak lebih baik udah ga relevan kah??

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo minta satu pasangan lahirkan 1 anak perempuan (Dok. BKKBN)
Thu, 04 Jul 2024

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Hasto Wardoyo meminta setiap pasangan suami istri (pasutri) di Indonesia memiliki 1 anak perempuan.

Menurut Hasto, hal itu harus dilakukan lantaran angka kelahiran di Indonesia turun secara signifikan, Kawula Muda.

Angka Kelahiran atau atau Total Fertility Rate (TFR) adalah salah satu indikator yang mempengaruhi jumlah penduduk.

Lebih lanjut, Hasto mengatakan angka kelahiran atau fertility rate di Indonesia menurun dan mencapai angka ideal 2,18 dalam satu dekade terakhir.

"Kami punya target 1 perempuan rata-rata melahirkan 1 anak perempuan. Oleh karena itu BKKBN menargetkan anaknya kalau bisa 2,1 jangan hanya 2. Karena kalau anaknya dua lebih dikit maka hampir dipastikan 1 perempuan akan melahirkan anak 1 perempuan," ujar Hasto, seperti dikutip dari Kumparan, Kamis (4/7/2024).

Angka pernikahan di Indonesia menurun drastis dari rata-rata 2 juta pernikahan menjadi "hanya" 1,5 hingga 1,7 juta per tahun. Hal ini juga berdampak pada angka kelahiran, yang saat ini berada di 2,1 persen.

Ilustrasi BKKBN minta satu pasangan lahirkan 1 anak perempuan (Unsplash)

 

 

Turunnya angka kelahiran juga dipengaruhi turunnya angka pernikahan di Indonesia yang awalnya rata-rata 2 juta pernikahan menjadi 1,5 hingga 1,7 juta pernikahan per tahun.

Hasto mengungkapkan adanya pergeseran perserpsi masyarakat tentang menikah yang tidak lagi harus dilakukan berkontribusi pada penurunan TFR.

"Ada juga yang rekreasi, supaya hubungan suami-istri sah, ada yang 'security' yaitu supaya bisa mendapatkan perlindungan," bebernya dilansir dari detikHealth Selasa (2/7/2024).

Ia menyatakan bahwa TFR di Indonesia telah menurun di banyak tempat. Penurunan tersebut terjadi di Pulau Jawa yang sudah mencapai 2,0. Hasil ini berbeda dengan beberapa provinsi lain yang masih memiliki TFR yang relatif tinggi. Sebut saja Papua Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Di Jawa ini sudah 2,0 sekian ya, tadi di Jabar sudah 2,00 sekian, di Jawa Tengah 2,04, di DIY 1,9, di DKI juga 1,89. Secara nasional saya mempunyai tanggung jawab agar penduduk tumbuh seimbang. Kalau di desa ada 1.000 perempuan maka harus ada 1.000 bayi perempuan lahir," sambungnya.

BKKBN tidak menuntut setiap perempuan untuk melahirkan anak perempuan, namun lebih berharap agar angka kelahiran anak perempuan di Indonesia dapat dipertahankan untuk mencapai keseimbangan populasi. 

Hasto berpendapat bahwa hal ini sangat penting untuk mencegah penurunan jumlah penduduk di Indonesia.

Berita Lainnya