Akibatnya, banyak warganet yang membalas cuitan tersebut di Twitter, Kawula Muda!
Anggota Parlemen Belanda, Geert Wilders, menuntut adanya permintaan maaf Indonesia atas ‘kekerasan’ terhadap tentara Belanda.
“Di mana permintaan maaf dari pihak Indonesia atas kekerasan mereka kepada Belanda dan Bersiap? Menghukum tentara Belanda adalah memalsukan sejarah,” cuit anggota parlemen tersebut dalam bahasa Belanda pada Kamis (17/02/2022).
Politikus sayap kanan tersebut pun menilai periode 1945-1947 yang pihak Belanda kenal sebagai ‘Periode Bersiap’ merupakan masa kelam karena banyak serdadunya yang tewas saat itu. Pada masa Indonesia, masa tersebut dikenal dengan ‘Agresi Militer Belanda’ yakni kedatangan tentara Belanda walau Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya.
“Mereka adalah pahlawan. Kita harus berdiri di belakang veteran kita. Permintaan maaf tidak pantas,” tambah Geert.
Cuitan tersebut turut menanggapi permintaan maaf Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, kepada Indonesia atas ‘kekerasan ekstrem’ selama Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949.
Kicauan tersebut pun mendapatkan banyak mendapat reaksi dari warganet Indonesia. Beberapa warganet terlihat memberikan penjelasan dalam bahasa Inggris agar dapat dimengerti oleh pria berusia 58 tahun tersebut.
“Mengapa kami harus meminta maaf, lucu. Negara andalah yang datang dan mengolonisasi kami, tentu saya veteran kami harus melindungi negara ini. Ayo, bangun, jangan memutar-balikan sejarah,” tulis salah satu warganet.
“Sebagai warga negara kolonial, Anda seharusnya malu untuk bersikeras bahwa Anda tidak merasa bersalah menjajah negara orang lain. Prajurit kolonial bukanlah pahlawan tetapi alat penindasan,” cuit warganet lainnya.
Sementara itu, permintaan maaf Perdana Menteri Belanda kepada Indonesia dipicu oleh hasil studi dari tiga lembaga penelitian, yakni KITLV, NIMH, dan NIOD. hasilnya, Belanda terbukti tak henti melakukan kekerasan ekstrem secara struktural selama perang tersebut.
“Pemerintah dan pemimpin militer Belanda telah dengan sengaja melakukan pembiaran atas penggunaan kekerasan ekstrem yang dilancarkan secara sistematis dan meluas oleh personel militer Belanda selama Perang Kemerdekaan Indonesia,” tulis kesimpulan studi tersebut dikutip dari Asumsi.